
Kuatnya Data Ekonomi Dorong Penguatan Wall Street Pekan Lalu
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 June 2018 06:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan angka tenaga kerja yang lebih tinggi dari perkiraan telah mendorong penguatan indeks-indeks acuan Wall Street pada penutupan perdagangan hari Jumat (1/6/2018) pekan lalu.
Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,9% ke posisi 24.635,21, S&P 500 bertambah 1,1% menjadi 2.734,21, sementara Nasdaq Composite melompat 1,5% menjadi 7.554,33.
Sektor keuangan dan teknologi menguat masing-masing 1,1% dan 1,9% dengan saham Apple melonjak 1,8% dan ditutup di level tertingginya sepanjang sejarah, CNBC International melaporkan.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) menciptakan 223.000 pekerjaan baru di bulan Mei dibandingkan 188.000 yang diperkirakan para analis. Pendapatan per jam naik 0,3% bulan lalu sementara angka pengangguran turun menjadi 3,8%.
"Angka-angka tersebut dapat menjadi alarm pengingat bahwa perekonomian kita tetap berputar meskipun [ada risiko] geopolitik, namun angka itu juga menambah gejolak sebab pelaku pasar menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap langkah The Fed," kata Mike Loewengart, vice president di E-Trade.
Perkiraan akan terjadi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS di bulan Desember naik menyusul keluarnya angka ekonomi tersebut, menurut alat FedWatch milik CME Group.
Imbal hasil (yield) obligasi negara AS melonjak menyusul pengumuman data tersebut. Yield obligasi bertenor 10 tahun berada di 2,89% sementara bond bertenor dua tahun naik menjadi 2,47%.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,9% ke posisi 24.635,21, S&P 500 bertambah 1,1% menjadi 2.734,21, sementara Nasdaq Composite melompat 1,5% menjadi 7.554,33.
Sektor keuangan dan teknologi menguat masing-masing 1,1% dan 1,9% dengan saham Apple melonjak 1,8% dan ditutup di level tertingginya sepanjang sejarah, CNBC International melaporkan.
"Angka-angka tersebut dapat menjadi alarm pengingat bahwa perekonomian kita tetap berputar meskipun [ada risiko] geopolitik, namun angka itu juga menambah gejolak sebab pelaku pasar menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap langkah The Fed," kata Mike Loewengart, vice president di E-Trade.
Perkiraan akan terjadi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS di bulan Desember naik menyusul keluarnya angka ekonomi tersebut, menurut alat FedWatch milik CME Group.
Imbal hasil (yield) obligasi negara AS melonjak menyusul pengumuman data tersebut. Yield obligasi bertenor 10 tahun berada di 2,89% sementara bond bertenor dua tahun naik menjadi 2,47%.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular