Stabilitas Jadi Arah Kebijakan Moneter BI Tahun 2019

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 May 2018 15:35
Kebijakan moneter BI akan diarahkan untuk menjaga fundamental perekonomian di tengah tingginya risiko global tahun depan.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kebijakan moneter lembaganya akan diarahkan untuk menjaga fundamental perekonomian di tengah tingginya risiko global.

Perry, yang baru saja dilantik sebagai BI-1, menggarisbawahi adanya perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian global, seperti kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan sengketa dagang China-AS.


"Dengan tekanan global yang meningkat, kebijakan moneter kami diarahkan ke pro-stabilitas, memperkuat stabilitas tapi bukan berarti BI tidak pro-growth," ujarnya di hadapan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari Kamis (31/5/2018).

"Karena tekanan-tekanan global tadi sejumlah langkah kami lakukan untuk stabilitas nilai tukar rupiah, seperti merespons [dengan] kenaikan suku bunga, intervensi di pasar valas untuk jaga stabilitas tidak hanya nilai tukar tapi obligasi pemerintah, dan bagaimana operasi moneter diarahkan untuk likuiditas di pasar uang, rupiah, dan valas," tambahnya.

Bank sentral kembali menaikkan suku bunga acuannya hari Rabu (30/5/2018) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% untuk mendorong penguatan nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp 14.200 terhadap dolar AS.

BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan ada di kisaran Rp 13.800-14.100 tahun depan.


"Dengan gambaran tadi, arah kebijakan BI ke depan adalah bagaimana kita jaga stabilitas dan dorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
(prm) Next Article Gubernur BI: Rupiah Masih Undervalue, Ada Potensi Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular