Punya Capex Rp 2,79 T, SmartFren Bangun 7.000 BTS

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
30 May 2018 19:34
Dana tersebut digunakan untuk menambah 6 ribu-7 ribu base transceiver station (BTS) baru.
Foto: detikFoto/Agung Pambudhy
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 200 juta atau Rp 2,79 triliun untuk tahun ini. Dana tersebut digunakan untuk menambah 6 ribu-7 ribu base transceiver station (BTS) baru.

"Total investasi atau capex kami tahun lalu mencapai US$ 300 juta, dan tahun ini karena kami mau mencapai 20 ribu BTS kamu anggarkan lagi US$ 200 juta," ujar Antony Susilo, Direktur Perseroan di Sinar Mas Land Tower, Rabu (30/5/2018).

Dari anggaran tersebut, sekitar 85% akan didapatkan perseroan melalui pinjaman perbankan sedangkan 15% berasal dari kas internal. "Untuk pendanaanya kami sudah pelajari lagi, jadi kami sudah punya funding sendiri yang berasal dari fasilitas pinjaman bank dari China untuk melakukan pembelian belanja dan barang modal tahun ini," tambah Antony.

Penambahan BTS tersebut dinilai perseroan dapat memberikan keterjangkauan dan kualitas jaringan Smartfren di 200 kota yang ada di seluruh Indonesia.

"Kami tidak menambah jangkauan kota lagi selain yang 200 itu, tapi kami sekarang fokus mengembangkan jaringan yang bukan hanya cepat tapi juga stabil," ujar Merza Fachys, Presiden Direktur Perseroan dalam kesempatan yang sama.

Obligasi Konversi
Selain itu, perseroan juga dapat restu dari para pemegang saham perseroan untuk mengeksekusi obligasi wajib konversi (OWK) senilai Rp 10,2 triliun. OWK tersebut terdiri dari OWK II perseroan yang diterbitkan perseroan pada tahun 2014 dengan nilai Rp 5,3 triliun atau 52 juta saham milik FREN dari seluruh nilai total plafon sebesar Rp 9 triliun.

Sedangkan sisanya sebesar Rp 5 triliun merupakan bagian dari OWK III perseroan yang diterbitkan pada 2017 silam yang setara 29,9% saham perseroan.

"Jadi kami sudah mendapat izin pemegang saham untuk mengkonversi OWK tersebut. Sebelumnya yang OWK II itu dari total Rp 9 trilun sekitar Rp 3,8 triliun sudah dikonversikan ya," ujar Merza.

Seluruh OWK tersebut akan jatuh tempo pada 2021 mendatang. Seluruh dana dari hasil konversi OWK tersebut akan digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis perusahaan, serta pembayaran pinjaman yang dimiliki oleh perseroan.

Salah satunya yaitu masuk dalam anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) perseroan 2018 sebesar US$ 200 juta.

"OWK kami yang Rp 10,2 triliun saat ini masuk sebagai ekuitas perseroan karena itu obligasi wajib untuk dikonversikan. Jadi kalau misalnya semua dikonversikan dari total ekuitas kami saat ini yaitu sekitar Rp 16 triliun maka semua total modal kami berkisar Rp 26,2 triliun," tambah Antony.
(hps) Next Article H1-2020, Rugi Bersih Smartfren Membengkak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular