Energi Positif RDG Bantu Angkat Rupiah Terhadap Poundsterling

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 May 2018 15:26
Rupiah menguat terhadap poundsterling didorong ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Indonesia.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap poundsterling bergerak menguat pada perdagangan siang ini. Penguatan ini tidak lepas dari sinyal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Pada Senin (28/05/2018) pukul 15:00 WIB, GBP 1 dibanderol Rp 18.634,81.

Rupiah menguat 0,79% dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu.
Energi Positif RDG Bantu Angkat Rupiah Terhadap PoundsterlingSumber: Reuters

Penguatan rupiah mendorong harga jual poundsterling di beberapa bank nasional turun dan berada di bawah Rp 19.000/sterling. Berikut data perdagangan terbaru hingga pukul 15:00 WIB:
 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 18.401,00Rp 18.883,00
Bank BNIRp 18.429,00Rp 18.886,00
Bank BRIRp 18.520,87Rp 18.775,69
Bank BTNRp 18.867,00Rp 19.272,00
Bank BCARp 18.536,00Rp 19.006,00

Pasar berspekulasi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tengah berancang-ancang untuk kembali menaikkan suku bunga acuan, menyesuaikan kondisi global di mana The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya pada Juni mendatang.

CME Fed Watch Tool memproyeksi akan terjadi kenaikan sebesar 25 basis poin ke rentang 1,75-2,00% dengan tingkat keyakinan mencapai 91,3%. 

Guna mencegah aliran modal asing keluar dari Indonesia, BI harus menerapkan kebijakan lebih agresif agar investor asing tetap menahan dananya. Jika aliran modal asing keluar, maka pelemahan rupiah akan terjadi dan berpotensi bisa semakin dalam.


Sebelumnya BI telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke 4,5%. Namun, kenaikan tersebut kurang manjur menahan pelemahan rupiah yang sempat menembus Rp 14.200/US$. 


Karenanya, BI diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi guna menciptakan tingkat return yang lebih menarik sehingga investor asing tetap tertarik menahan dananya atau diinvestasikan di pasar keuangan Indonesia.
 

Dari Inggris, pasar memperkirakan Bank of England (BOE) tidak akan agresif menaikkan tingkat suku bunga acuannya, sehingga menjadi sinyalemen negatif bagi mata uang domestik. Gubernur BoE Mark Carney menyatakan bahwa bank sentral tidak perlu terburu-buru mengetatkan kebijakan moneternya, terlebih melihat kondisi negosiasi Inggris dan Uni Eropa terkait Brexit. 

Terakhir, negosiasi belum menemukan titik temu sehingga menciptakan ketidakpastian kebijakan moneter di Inggris. Hambatan tersebut membuat Carney lebih hati-hati menyesuaikan kebijakan moneternya agar tidak menganggu pertumbuhan ekonomi di Negeri Ratu Elizabeth itu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags) Next Article BI Repo Rate Segera Naik, Rupiah Menguat Atas Poundsterling

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular