Rupiah Kembali Menguat, IHSG Naik 0,49%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 May 2018 16:41
Nilai transaksi adalah sebesar Rp 7,3 triliun dengan volume sebanyak 7,03 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 405.482 kali.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,49% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.975,74. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan regional diperdagangkan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,4%, indeks Hang Seng turun 0,56%, indeks Strait Times turun 0,4%, dan indeks Kospi turun 0,21%.

Nilai transaksi adalah sebesar Rp 7,3 triliun dengan volume sebanyak 7,03 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 405.482 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+3,91%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,92%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+4,75%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+3,94%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,45%).

Dari dalam negeri, penguatan rupiah menjadi motor penggerak IHSG menjelang akhir pekan. Sampai dengan penutupan perdagangan, rupiah menguat 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.115/dolar AS.

Merespon penguatan rupiah,investor asing melakukan beli bersih sebesar Rp 768,7 miliar. Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 226,02 miliar), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (Rp 157,6 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 102,03 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 94,44 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 49,56 miliar).

Namun, IHSG ditutup cukup jauh dari titik tertingginya di level 6.003,24 (+0,95% dibandingkan penutupan kemarin, 24/5/2018). Derasnya sentimen negatif dari sisi eksternal membuat IHSG harus rela meninggalkan level psikologis 6.000 yang sempat ditembus.

Risiko pertama datang dari batalnya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang sejatinya dilakukan pada 12 Juni mendatang di Singapura.

Pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.

"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.

Tak sampai disitu, Trump nampak coba menebar terror bagi kubu Pyongyang dalam surat yang sama, seakan mengingatkan mereka bahwa AS tak akan bersikap lembut jika Korea Utara kembali berulah kedepannya.

"Anda berbicara mengenai kemampuan senjata nuklir anda, tapi yang kami miliki sangatlah besar dan kuat hingga saya berdoa kepada Tuhan mereka (senjata nuklir) tidak akan perlu digunakan," lanjut Trump.

Kedua, risiko perang dagang antara AS dan China akan membuat investor waspada. Seakan melengkapi pesimisme Presiden AS Donald Trump terkait negosiasi dagang dengan China, AS kini sudah tancap gas untuk memberlakukan bea masuk baru untuk mobil. Alasannya, derasnya impor mobil ke AS dinilai dapat membahayakan keamanan Negeri Paman Sam.

"Sudah cukup bukti yang menyebutkan bahwa selama puluhan tahun produk impor telah merusak industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan investigasi secara menyeluruh, adil, dan transparan," tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, seperti dikutip dari Reuters.

Saat ini, AS menerapkan tarif bea masuk untuk mobil dan suku cadangnya sebesar 2,5%. Ross belum menyebut besaran tarif bea masuk yang baru, namun menyatakan bahwa tarif yang lama sudah tak sesuai.

Jika bea masuk untuk mobil dinaikkan, aksi balas dendam bisa semakin gencar dilakukan oleh negara-negara mitra dagang AS. Hal ini tentu bukan kabar baik bagi bursa saham dunia, termasuk IHSG.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular