Istana Pasir Penopang Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 May 2018 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menjadi salah satu mata uang yang mengalami pelemahan terdalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Asia tahun ini. Selain terpaan faktor eksternal, kondisi dalam negeri juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sepanjang 2018, rupiah melemah 4% di hadapan greenback. Di antara mata uang utama Asia, hanya rupee India yang mengalami depresiasi lebih dalam.
Mungkin sebagian besar penyebab pelemahan rupiah (dan banyak mata uang Asia) adalah faktor eksternal, utamanya dari AS. Tahun ini, pemulihan ekonomi di AS semakin nyata. The Federal Reserve/The Fed, bank sentral AS, menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 dari 2,5% menjadi 2,7%.
Ekonomi yang menggeliat akan menghasilkan dampak inflasi. The Fed menargetkan inflasi 2018 di 2%, sementara per akhir April sudah mencapai 2,46%.
The Fed ingin agar inflasi AS stabil di kisaran 2% dalam jangka panjang. Sejauh ini, perkembangan yang ada sudah mengarah ke sana.
Sementara untuk Personal Expenditure Consumption (PCE), yang sering digunakan The Fed untuk mengukur inflasi, juga sudah mencapai 2%.
The Fed sudah bersumpah untuk menjaga perekonomian AS dari overheating. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga acuan untuk menjangkar ekspektasi inflasi dilakukan secara bertahap.
Awalnya, pelaku pasar (dan The Fed sendiri) memperkirakan tahun ini akan terjadi tiga kali kenaikan suku bunga. Namun jika laju perekonomian semakin cepat dan inflasi semakin menekan, maka kenaikan sampai empat kali bukan hal mustahil.
Kenaikan suku bunga membuat AS menjadi tempat investasi yang semakin menarik. Oleh karena itu, arus modal masih terus mengarah ke Negeri Paman Sam dan memperkuat nilai tukar greenback.
Sepanjang 2018, rupiah melemah 4% di hadapan greenback. Di antara mata uang utama Asia, hanya rupee India yang mengalami depresiasi lebih dalam.
![]() |
Mungkin sebagian besar penyebab pelemahan rupiah (dan banyak mata uang Asia) adalah faktor eksternal, utamanya dari AS. Tahun ini, pemulihan ekonomi di AS semakin nyata. The Federal Reserve/The Fed, bank sentral AS, menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 dari 2,5% menjadi 2,7%.
The Fed ingin agar inflasi AS stabil di kisaran 2% dalam jangka panjang. Sejauh ini, perkembangan yang ada sudah mengarah ke sana.
![]() |
Sementara untuk Personal Expenditure Consumption (PCE), yang sering digunakan The Fed untuk mengukur inflasi, juga sudah mencapai 2%.
![]() |
Awalnya, pelaku pasar (dan The Fed sendiri) memperkirakan tahun ini akan terjadi tiga kali kenaikan suku bunga. Namun jika laju perekonomian semakin cepat dan inflasi semakin menekan, maka kenaikan sampai empat kali bukan hal mustahil.
Kenaikan suku bunga membuat AS menjadi tempat investasi yang semakin menarik. Oleh karena itu, arus modal masih terus mengarah ke Negeri Paman Sam dan memperkuat nilai tukar greenback.
Next Page
Rupiah Disangga Istana Pasir
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular