Newsletter

Berharap Aksi Borong Berlanjut

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 06:01
Berharap Aksi Borong Berlanjut
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Harga aset di bursa saham Indonesia yang sudah murah menggoda investor untuk melakukan aksi borong, termasuk asing.

Kemarin, IHSG mengakhiri hari dengan penguatan 0,71%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,9 triliun dengan volume sebanyak 9,05 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 424.747 kali.

Koreksi IHSG yang sudah cukup dalam sepanjang tahun (-9,51% sampai dengan Selasa pekan ini) nampak telah membuka ruang akumulasi bagi para investor, seiring dengan entry point yang jauh lebih menarik. Aksi borong pun terjadi, bahkan investor asing mencatatkan beli bersih Rp 559,32 miliar.

IHSG sempat menguat signifikan lebih dari 1%, tetapi kemudian berangsur-angsur menipis. Penyebabnya adalah situasi regional yang kurang kondusif.

Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China berpotensi untuk meletus kembali. Presiden AS Donald Trump berulah dengan menyebut dirinya kurang puas dengan perkembangan negosiasi dagang dengan Beijing.

"Tidak, tidak terlalu," ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap proses negosiasi perdagangan dengan China. Namun, mantan taipan properti tersebut menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.

Meski begitu, komentar Trump dianggap sudah merefleksikan bahwa negosiasi antar kedua pihak sejatinya tak berjalan mulus. Ada banyak ketidaksepahaman yang bisa berujung pada pemberlakuan kembali bea masuk yang sebelumnya sudah ditangguhkan.

Situasi diperkeruh dengan sejumlah negara yang kini berpotensi meluncurkan serangan balasan ke AS. Kemarin, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal Negeri Paman Sam.

Hal tersebut dilakukan sebagai respons pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan AS. Secara total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.

Kemudian, Trump juga menyebutkan bahwa ada kemungkinan pembicaraan damai dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni di Singapura batal. Trump menilai sikap Kim kembali keras setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

"Ada peluang besar itu tidak akan terjadi (pertemuan dengan Kim), dan itu tidak masalah. Mungkin ini tidak akan terjadi pada 12 Juni, tetapi bukan berarti tidak akan pernah. Tetap ada peluang kami akan bertemu," tutur Trump.

Perkembangan ini membuat investor khawatir dan membuat bursa saham regional rontok. Indeks Nikkei 225 melemah 1,18%, Shanghai Composite anjlok 1,4%, Hang Seng amblas 1,82%, Strait Times turun 1,32%, SETi (Thailand) terkoreksi 0,4%, dan KLCI (Malaysia) minus 2,21%.

Dari Wall Street, tiga indeks utama mencatat penguatan meski relatif terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,21%, S&P 500 menguat 0,32%, dan Nasdaq bertambah 0,87%.

Positifnya kinerja Wall Street terbantu oleh rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Mei 2018. Dalam rapat tersebut, terungkap para pejabat bank sentral AS menilai belum ada potensi overheating dalam perekonomian. Masih belum ada cukup bukti bahwa pasar tenaga kerja sudah pulih sepenuhnya sehingga bisa menimbulkan tekanan inflasi.

Namun, The Fed tetap menegaskan bahwa apabila pemulihan ekonomi AS terus berlangsung maka sudah saatnya untuk menghapus kata ‘akomodatif’ dalam kebijakan moneter. Artinya, kenaikan suku bunga secara gradual tetap akan ditempuh.

“Dalam waktu dekat, sudah saatnya untuk menaikkan suku bunga apabila data dan informasi mendukung ke arah pemulihan ekonomi,” sebut ikhtisar rapat The Fed.

Pelaku pasar menyimpulkan bahwa The Fed kemungkinan besar akan menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Akan tetapi untuk jumlah kenaikan apakah tiga atau empat kali sepanjang 2018, sepertinya baru terlihat jelas dalam minutes of meeting berikutnya.

Perkembangan ini untuk sementara membuat investor lega, karena The Fed tidak memberi kejutan. Sejauh ini arah kebijakan The Fed masih sejalan dengan ekspektasi pasar sehingga rilis minutes of meeting kali ini mendapat respons positif.

Namun sentimen positif ini lagi-lagi terkikis oleh komentar Trump soal perang dagang dengan China. Menurutnya, kesepakatan yang sedang disusun saat ini terlalu sulit dijalankan sehingga dibutuhkan struktur yang baru.

“Kesepakatan dagang kami dengan China berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada akhirnya mungkin kita butuh struktur yang baru karena yang sekarang sulit untuk dijalankan,” tegas Trump dalam cuitannya di Twitter.

Wall Street langsung terpeleset begitu Trump mengeluarkan penyataan tersebut.  Sepertinya kesepakatan antara AS dan China masih akan memakan waktu yang cukup lama. Bahkan masih ada kemungkinan perundingan menemui jalan buntu, dan masing-masing pihak kembali saling balas dengan menerapkan bea masuk. Risiko perang dagang masih ada, dan investor dibuat cemas karenanya.


Untuk perdagangan hari ini, positifnya kinerja Wall Street bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Biasanya pencapaian Wall Street akan mewarnai perjalanan bursa saham Asia, dan jika positif maka diharapkan bisa diikuti oleh Indonesia.

Pelaku pasar juga perlu terus mencermati perkembangan negosiasi perdagangan AS-China. Meski Trump berkali-kali menyebut dirinya kurang puas, tetapi Beijing belum menunjukkan sikap serupa. Bahkan terlihat China begitu sabar menghadapi ulah Trump.

Mengutip Reuters, pemerintah China dikabarkan memberi perintah kepada BUMN setempat untuk lebih banyak mengimpor minyak dan produk pertanian dari AS untuk meredakan ketegangan. Sinopec, perusahaan minyak milik negara di China, membeli 16 juta barel minyak dari AS yang akan dikirimkan bulan depan. Nilainya mencapai US$ 1,1 miliar.

“Pemerintah mendorong kami untuk membeli lebih banyak minyak dari AS. Kami ingin membeli lebih banyak, tetapi mungkin mereka tidak mampu menyediakannya,” ungkap salah seorang sumber.

Selain minyak, perusahaan China juga mulai masuk ke pasar kedelai AS. Sinograin, perusahaan pertanian milik negara di China, disebut-sebut telah memulai proses untuk mengangkut kedelai AS ke Negeri Tirai Bambu.

“Sinograin sudah berada di pasar. Mereka menanyakan kepada pemasok di AS apakah bisa mengirimkan kedelai pada Agustus dan seterusnya,” tutur seorang sumber.

Sikap China memberi harapan bahwa komitmen untuk menyelesaikan friksi dagang masih berjalan. Namun jika Trump terus berulah dengan mengeluarkan pernyataan yang membuat telinga panas, maka bukan tidak mungkin China akan menanggapinya secara emosional. Oleh karena itu, investor sepertinya layak untuk terus memantau dinamika isu perang dagang ini.

Kemudian, pelaku pasar juga mungkin masih perlu waspada dengan perkembangan nilai tukar dolar AS. Setelah rilis minutes of meeting The Fed, greenback seolah mendapatkan doping dan menguat cukup signifikan. Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, saat ini naik sampai 0,36%.

Pernyataan para petinggi The Fed yang akan menghapus kata ‘akomodatif’ dalam kebijakan moneter membuat pasar semakin yakin akan ada kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni mendatang. Menurut Federal Funds Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin mencapai 90%.

Sikap (stance) The Fed yang cenderung hawkish ini membuat dolar AS kembali diburu investor. Memegang dolar AS akan menguntungkan dalam situasi kenaikan suku bunga di negara tersebut, karena nilainya akan naik.

Apresiasi dolar AS yang masih berlanjut berpotensi untuk menekan rupiah. Kemarin, rupiah sudah melemah 0,49% terhadap dolar AS.

Faktor domestik juga bisa menjadi pemberat rupiah. Biasanya sebulan sebelum Idul Fitri aktivitas perdagangan akan mencapai puncaknya. Jadi, kebutuhan dolar AS memang sedang tinggi-tingginya pada bulan ini sehingga depresiasi rupiah menjadi semakin sulit untuk diredam.

Pelemahan rupiah bukan kabar baik buat IHSG. Memiliki aset berbasis rupiah menjadi tidak menguntungkan ketika nilainya turun.

Namun, IHSG masih punya harapan untuk menguat karena harga aset yang terjangkau. Sejak awal tahun sampai kemarin, IHSG sudah terkoreksi 8,87%. Akibatnya, harga aset menjadi murah dan siap diborong. Berlanjutnya aksi borong bisa menjadi obat kuat bagi IHSG.

Selain itu, valuasi IHSG juga sudah di bawah sejumlah bursa saham Asia. Saat ini, Price to Earnings Rasio (P/E) ada di 16,19 kali. Lebih rendah ketimbang KLCI yang 16,43 kali, SETI 16,56 kali, PSI (Filipina) 19,29 kali, sampai Nifty (India) 20,51 kali. Valuasi IHSG masih kompetitif dan bisa menjadi salah satu alternatif bagi investor global.


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:

  • Pelantikan Perry Warijyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) di Mahkamah Agung (10:00 WIB).
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas pangan (14:00 WIB).
  • Pidato Gubernur Bank of England Mark Carney (15:00 WIB).
  • Pidato Gubernur The Fed New York William Dudley (15:15 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel Inggris periode April (15:30 WIB).
  • Rilis data klaim pengangguran AS dalam sepekan hingga tanggal 18 Mei (19:30 WIB).
  • Rilis data penjualan rumah AS periode April (21:00 WIB).
  • Pidato Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic (21:35 WIB)

Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

Perusahaan

Jenis Kegiatan

Waktu

PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)

RUPS Tahunan

09:00

PT Blue Bird Tbk (BIRD)

RUPS Tahunan

09:00

PT Megapolitan Developments Tbk (EMDE)

RUPS Tahunan

09:30

PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)

RUPS Tahunan

10:00

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

RUPS Tahunan

10:00

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

RUPS Tahunan

10:00

PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM)

RUPS tahunan

10:00

PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS)

RUPS Tahunan

10:00

PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT)

RUPS Tahunan

10:30

PT Arthavest Tbk (ARTA)

RUPS Tahunan

13:00

PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI)

RUPS Tahunan

14:00

PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)

RUPS Tahunan

14:00

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)

RUPS Tahunan

14:00

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD)

RUPS Tahunan

14:00

PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK)

RUPS Tahunan

16:00

 
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:
 

Indeks

Close

% Change

% YTD

IHSG

5,792.00

0.71

(8.87)

LQ45

922.68

1.19

(14.52)

DJIA

24,886.81

0.21

0.68

CSI300

3,854.64

(1.32)

(4.37)

Hang Seng

30,665.64

(1.82)

2.50

NIKKEI

22,689.74

(1.18)

(0.33)

Strait Times

3,496.27

(1.32)

2.74


Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang

 Close

% Change

 % YoY

USD/IDR

14,202.00

0.49

6.73

EUR/USD

1.17

(0.63)

4.22

GBP/USD

1.33

(0.61)

2.89

USD/CHF

0.99

0.20

2.27

USD/CAD

1.28

0.17

(4.26)

USD/JPY

109.98

(0.81)

(1.39)

AUD/USD

0.76

(0.13)

0.93


Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

 

Komoditas

 Close

 % Change

 % YoY

Minyak Light Sweet (US$/barel)

71.98

(0.39)

40.11

Minyak Brent (US$/barel)

79.76

0.18

47.82

Emas (US$/troy ons)

1,294.94

0.23

2.93

CPO (MYR/ton)

2,462.00

(0.04)

(13.95)

Batu bara (US$/ton)

101.02

(0.72)

35.69

Tembaga (US$/pound)

3.05

(1.80)

18.54

Nikel (US$/ton)

14,722.00

0.78

62.54

Timah (US$/ton)

20,530.00

(0.82)

0.76

Karet (JPY/kg)

183.50

0.00

(39.44)

Kakao (US$/ton)

2,615.00

(1.00)

38.23


Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 

 

Tenor

 Yield (%)

 5Y

7.08

10Y

7.59

15Y

8.03

20Y

8.03

30Y

7.96

 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

 

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY)

5.06%

Inflasi (April 2018 YoY)

3.41%

Defisit anggaran (APBN 2018)

-2.19% PDB

Transaksi berjalan (Q I-2018)

-2.15% PDB

Neraca pembayaran (Q I-2018)

-US$ 3.85 miliar

Cadangan devisa (April 2018)

US$ 124.9 miliar


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular