
Laba Anjlok, Marks & Spencer Harus Segera Berubah atau Mati
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 May 2018 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel asal Inggris Marks & Spencer (M&S) pada hari Rabu (23/5/2018) mengatakan perusahaan harus memodernisasi bisnisnya atau menghilang dari pasar. Hal itu disampaikan menyusul laporan penurunan laba tahunan untuk kedua kalinya setelah membukukan biaya sebesar 321 juta pound (US$430 juta atau Rp 6,1 triliun) untuk program penutupan toko.
M&S yang berusia 134 tahun ini menghadapi persaingan yang tidak henti-hentinya dari supermarket, rantai mode seperti Zara, H&M, dan Primark, serta raksasa online Amazon, di saat upaya untuk merevitalisasi bisnisnya terhambat oleh tekanan yang terus-menerus terhadap daya beli konsumen Inggris, tulis CNBC International.
M&S mengatur ulang strategi bisnisnya pada bulan November, dua bulan setelah veteran ritel, Archie Norman, bergabung sebagai chairman. Strategi baru itu mencakup program penutupan toko dalam lima tahun ke depan, relokasi toko, dan upaya untuk membuat bisnis makanannya menjadi lebih kompetitif.
Pada hari Selasa M&S mengatakan akan menutup 100 toko di Inggris sampai tahun 2022. Peritel itu mempercepat rencananya karena berusaha untuk membuat setidaknya sepertiga dari penjualannya dilakukan secara online.
M&S, salah satu nama paling terkenal di ritel Inggris, mengatakan perusahaan membukukan laba sebelum pajak sebesar 66,8 juta pound atau turun 62% hingga 31 Maret.
"Kami harus memodernisasi bisnis kami untuk memastikan kami kompetitif dan menghidupkan kembali budaya kami. Percepatan perubahan adalah satu-satunya pilihan," kata perusahaan.
Saham M&S telah anjlok 26% selama setahun terakhir dan perusahaan berada dalam bahaya karena telah keluar dari indeks FTSE 100 yang bergengsi.
(prm) Next Article IPO, Inovasi & Jurus Ekspansi Bisnis Cat Avian di Era Pandemi
M&S yang berusia 134 tahun ini menghadapi persaingan yang tidak henti-hentinya dari supermarket, rantai mode seperti Zara, H&M, dan Primark, serta raksasa online Amazon, di saat upaya untuk merevitalisasi bisnisnya terhambat oleh tekanan yang terus-menerus terhadap daya beli konsumen Inggris, tulis CNBC International.
M&S mengatur ulang strategi bisnisnya pada bulan November, dua bulan setelah veteran ritel, Archie Norman, bergabung sebagai chairman. Strategi baru itu mencakup program penutupan toko dalam lima tahun ke depan, relokasi toko, dan upaya untuk membuat bisnis makanannya menjadi lebih kompetitif.
M&S, salah satu nama paling terkenal di ritel Inggris, mengatakan perusahaan membukukan laba sebelum pajak sebesar 66,8 juta pound atau turun 62% hingga 31 Maret.
"Kami harus memodernisasi bisnis kami untuk memastikan kami kompetitif dan menghidupkan kembali budaya kami. Percepatan perubahan adalah satu-satunya pilihan," kata perusahaan.
Saham M&S telah anjlok 26% selama setahun terakhir dan perusahaan berada dalam bahaya karena telah keluar dari indeks FTSE 100 yang bergengsi.
(prm) Next Article IPO, Inovasi & Jurus Ekspansi Bisnis Cat Avian di Era Pandemi
Most Popular