Rupiah Melemah 4,1%, Apakah Ini Pertanda Krismon Jilid II?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 May 2018 13:36

Selain itu, pada 1998 rupiah murni bergantung pada cadangan devisa untuk stabilisasi kurs. Akibatnya, cadangan devisa terkuras sampai hanya tersisa US$ 14,1 miliar pada akhir tahun. Saat cadangan devisa dan neraca pembayaran luluh lantak, campur tangan Dana Moneter Internasional (IMF) tidak bisa terhindarkan.
Sementara saat ini, cadangan devisa sudah jauh bertambah. Per akhir April 2018, cadangan devisa mencapai US$ 124,9 miliar.
Tidak hanya itu, Indonesia kini punya pertahanan berlapis untuk untuk meredam depresiasi kurs. Cadangan devisa hanyalah bagian dari pertahanan lapis pertama, yaitu kekuatan dalam negeri. Selain cadangan devisa, kekuatan domestik juga mencakup kebijakan ekonomi yang mumpuni dan prinsip kehati-hatian.
Prinsip kehati-hatian pun kini sudah diterapkan. Bank Indonesia (BI) mewajibkan korporasi dengan eksposur utang valas untuk melakukan lindung nilai (hedging). Dengan begitu, korporasi bisa terhindar dari risiko kurs, masalah yang menghempas perekonomian Indonesia pada 1997-1998.
Jika tembok pertama dirasa kurang, Indonesia masih memiliki pertahanan lapis kedua. Ini sudah melibatkan pihak luar, tetapi belum perlu kehadiran IMF.
Lapis kedua ini adalah sokongan dari kerjasama bilateral maupun multilateral. Indonesia sudah menjalin Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan China, Jepang, dan negara-negara ASEAN. BSA dilakukan untuk mengatasi kesulitan likuiditas ketika terjadi permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek.
Sementara di tingkat multilateral, Indonesia tergabung dalam Chiang Mai Initiative Multirateralisation (CMIM) bersama dengan negara-negara ASEAN plus China, Jepang, dan Asia Tenggara. CMIM berfungsi layaknya cadangan devisa bersama negara-negara ASEAN Plus 3 yang bisa digunakan kala terjadi tekanan di neraca pembayaran.
Oleh karena itu, Indonesia sepertinya sudah memiliki amunisi yang cukup untuk memerangi pelemahan kurs yang parah seperti 1998. Seyogianya masyarakat tidak perlu takut krismon jilid II akan terjadi, karena Indonesia sudah membangun tembok kokoh untuk menahannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sementara saat ini, cadangan devisa sudah jauh bertambah. Per akhir April 2018, cadangan devisa mencapai US$ 124,9 miliar.
![]() |
Tidak hanya itu, Indonesia kini punya pertahanan berlapis untuk untuk meredam depresiasi kurs. Cadangan devisa hanyalah bagian dari pertahanan lapis pertama, yaitu kekuatan dalam negeri. Selain cadangan devisa, kekuatan domestik juga mencakup kebijakan ekonomi yang mumpuni dan prinsip kehati-hatian.
Jika tembok pertama dirasa kurang, Indonesia masih memiliki pertahanan lapis kedua. Ini sudah melibatkan pihak luar, tetapi belum perlu kehadiran IMF.
Lapis kedua ini adalah sokongan dari kerjasama bilateral maupun multilateral. Indonesia sudah menjalin Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan China, Jepang, dan negara-negara ASEAN. BSA dilakukan untuk mengatasi kesulitan likuiditas ketika terjadi permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek.
Sementara di tingkat multilateral, Indonesia tergabung dalam Chiang Mai Initiative Multirateralisation (CMIM) bersama dengan negara-negara ASEAN plus China, Jepang, dan Asia Tenggara. CMIM berfungsi layaknya cadangan devisa bersama negara-negara ASEAN Plus 3 yang bisa digunakan kala terjadi tekanan di neraca pembayaran.
Oleh karena itu, Indonesia sepertinya sudah memiliki amunisi yang cukup untuk memerangi pelemahan kurs yang parah seperti 1998. Seyogianya masyarakat tidak perlu takut krismon jilid II akan terjadi, karena Indonesia sudah membangun tembok kokoh untuk menahannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular