Rupiah Anjlok, Apa Kondisi Sekarang Sama Ketika RI Krisis?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 May 2018 20:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menegaskan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berlangsung begitu cepat sama sekali tidak bisa dibanding-bandingkan dengan masa krisis 1998 maupun 2008.
Hal tersebut dikemukakan Agus Marto usai menyambangi kantor Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Senin (21/5/2018). Menurut Agus, kondisi saat ini sudah jauh berbeda dari 10 atau 20 tahun lalu ketika terjadi krisis.
"Kami sudah lihat bahwa kondisi 20 tahun yang lalu, saat itu kondisi Indonesia beda sekali dengan yang sekarang. Lihat dari cadangan devisa, perbankan sehat dan punya modal 22% lebih," kata Agus.
Secara umum, Agus menilai, sejumlah indikator perekonomian domestik masih menunjukan kondisi stabil. Bagi BI, kondisi perekonomian saat ini, termasuk pelemahan rupiah yang terjadi begitu cepat tidak perlu dibesar-besarkan.
"Kondisi kita sekarang baik, dan tidak perlu dikhawatirkan," tegas mantan Menteri Keuangan itu.
Sebagai informasi, depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terbilang begitu cepat dalam kurun waktu satu minggu terakhir.
Pada 14 Mei 2018 lalu, dolar AS masih berada di bawah Rp 14.000 tepatnya ditutup di Rp 13.965. Keesokan harinya, greenback menembus Rp 14.000, tepatnya di Rp 14.032. Akhirnya hari ini dolar AS sudah menembus Rp 14.200.
BI pun merasa, keputusan untuk menaikan tingkat suku bunga acuan sudah cukup untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia di tengah situasi ketidakpastian perekonomian global.
Hal tersebut sekaligus membantah stigma yang menyebut bahwa dosis kenaikan suku bunga BI terbilang terlambat, dan pada akhirnya tidak mampu mengangkat pamor rupiah di mata investor.
"Ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian," tegasnya.
Hal senada turut dikemukakan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo. Menurut Dody, BI akan siap melakukan langkah-langkah yang lebih kuat apabila terjadi instabilitasi pada perekonomian domestik.
"Kami selalu ada di pasar. Kalau seandainya terjadi kondisi instabilisasi, maka kita lakukan langkah lebih kuat," katanya.
(dru) Next Article Dua Negara Ini Diwaspadai BI, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular