
Kenaikan Harga Minyak Tekan Wall Street di Zona Negatif
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
18 May 2018 05:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham AS harus berakhir di teritori negatif pada penutupan perdagangan Kamis (17/5/2018) waktu setempat. Investor melihat ketegangan perang dagang berlanjut dan pengaruh dari kenaikan harga minyak.
Dow Jones Industrial Average .DJI turun 54,95 poin, atau 0,22% menjadi 24.713,98. Kemudian S&P 500 .SPX kehilangan 2,33 poin, atau 0,09%, menjadi 2,720.13 dan Nasdaq Composite .IXIC turun 15,82 poin, atau 0,21%, menjadi 7.382,47.
Komentar Presiden AS Donald Trump yang mengatakan China telah sangat dimanjakan oleh perdagangan justru membuat tensi perang dagang berlanjut.
"Saya pikir kekacauan perdagangan ini tentu akan mempengaruhi mood," kata Presiden/CIO Bell Investment Advisors, Jim Bell di Oakland, California kepada Reuters.
"Ini makin nyata, pebisnis AS menderita. Dengan masalah tarif maka akan meningkatkan biaya ke konsumen," tambah Bell.
Ditambah, kerusuhan di Timur Tengah yang mengurai pasokan minyak membuat harga melambung tinggi dalam 3,5 tahun terakhir.
Harga minyak menyentuh level US$80/barel dalam perdagangan Kamis kemarin.
Namun, indeks S&P Energy justru naik 1,3%. Kemudian, Wall Street diuntungkan dari indeks 'small-caps' atau emiten kecil yang untuk kedua kalinya ditutup sentuh rekor tertinggi.
Sementara, angka pengangguran AS turun ke level terendah sejak 1973. Kondisi ini dan menguatnya inflasi akan mendorong kenaikan suku bunga The Fed bulan depan.
Imbal hasil US Treasury 10-Year ditutup pada 3,113% dan masih bertahan pada posisi yang tinggi selama 7 tahun terakhir.
(dru) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Dow Jones Industrial Average .DJI turun 54,95 poin, atau 0,22% menjadi 24.713,98. Kemudian S&P 500 .SPX kehilangan 2,33 poin, atau 0,09%, menjadi 2,720.13 dan Nasdaq Composite .IXIC turun 15,82 poin, atau 0,21%, menjadi 7.382,47.
Komentar Presiden AS Donald Trump yang mengatakan China telah sangat dimanjakan oleh perdagangan justru membuat tensi perang dagang berlanjut.
"Ini makin nyata, pebisnis AS menderita. Dengan masalah tarif maka akan meningkatkan biaya ke konsumen," tambah Bell.
Ditambah, kerusuhan di Timur Tengah yang mengurai pasokan minyak membuat harga melambung tinggi dalam 3,5 tahun terakhir.
Harga minyak menyentuh level US$80/barel dalam perdagangan Kamis kemarin.
Namun, indeks S&P Energy justru naik 1,3%. Kemudian, Wall Street diuntungkan dari indeks 'small-caps' atau emiten kecil yang untuk kedua kalinya ditutup sentuh rekor tertinggi.
Sementara, angka pengangguran AS turun ke level terendah sejak 1973. Kondisi ini dan menguatnya inflasi akan mendorong kenaikan suku bunga The Fed bulan depan.
Imbal hasil US Treasury 10-Year ditutup pada 3,113% dan masih bertahan pada posisi yang tinggi selama 7 tahun terakhir.
(dru) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Most Popular