AS-Jepang Perang Dagang, Wall Street Akan Dibuka Melemah

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2018 18:39
Pada perdagangan hari ini, Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (17/5/2018,) Wall Street berpotensi dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan 8 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 2 dan 20 poin.

Jika beberapa waktu kebelakang isu perang dagang AS dengan China seringkali membebani bursa saham, kali ini giliran Jepang yang mulai melancarkan serangan balasan ke AS.

Jepang mempertimbangkan pengenaan tarif bagi senilai US$ 409 juta (Rp 5,7 triliun) barang-barang ekspor asal AS sebagai balasan terhadap pengenaan tarif bea impor baja dan aluminium yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, papar media lokal NHK pada hari Kamis, seperti dikutip dari Reuters.

Pemerintahan Jepang dikabarkan sedang mempersiapkan diri untuk mengabarkan kebijakan ini kepada World Trade Organization (WTO). Prosedur itu harus dilakukan berdasarkan peraturan perdagangan global.

Sebagai catatan, Jepang merupakan satu-satunya sekutu besar AS yang tidak menerima pengecualian dari keputusan tarif Trump. Hal itu mengejutkan banyak pengambil kebijakan karena Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memiliki relasi yang kuat dengan Trump.

Kemudian, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun terus merangkak naik. Sampai dengan berita ini diturunkan, posisinya berada di level 3,1075%, naik dari posisi kemarin yang sebesar 3,095%. Naiknya imbal hasil obligasi merupakan hasil dari persepsi atas kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve selaku bank sentral AS yang sebanyak 4 kali, pasca rilis data ekonomi yang positif. Pada bulan lalu, pertumbuhan output industri di AS tercatat mencapai 0,7% MoM, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 0,6% MoM.

Imbal hasil yang tinggi ini mendorong investor untuk melepas kepemilikannya atas instrumen-instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkannya ke dolar AS, sembari menunggu saat yang tepat untuk berbelanja obligasi. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang dunia lainnya menguat 0,08% ke level 93,471.

Pada hari ini, data klaim pengangguran akan diumumkan. Jika data ini mengalahkan ekspektasi pasar, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif bisa semakin menyeruak dan menekan pasar saham lebih dalam.
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular