
Angry Birds Jadi Penopang Kinerja Rovio
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 May 2018 19:41

Helsinki, CNBC Indonesia - Rovio Entertainment, pembuat aplikasi permainan ponsel dan film "Angry Birds", mencatatkan laba kuartalan yang melampaui prediksi pada hari Kamis (17/5/2018). Hal itu mencerminkan rangsangan bagi kepercayaan investor yang sebelumnya turun karena peringatan laba yang dramatis di bulan Februari.
Melansir Reuters, permasalahan yang sedang dialami perusahaan asal Finlandia itu berakar dari persaingan ketat dan kenaikan ongkos akuisisi pengguna, serta tinggi ketergantungan pada merek Angry Birds yang pertama kali diluncurkan dalam bentuk permainan ponsel pada tahun 2009.
Meskipun begitu, laba operasi yang disesuaikan di kuartal I tahun 2018 naik dua kali lipat secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 10 juta euro (US$ 12 juta atau Rp 168,8 miliar), seiring dengan pertumbuhan Rovio dalam permainan papan atasnya dan ongkos pemasaran yang menurun.
Sementara itu, penjualan turun 1% menjadi 66 juta euro karena penurunan pendapatan dari film Hollywoodnya di tahun 2016.
Harga saham Rovio, yang tercatat bulan September lalu, naik 5,6% karena kabar itu. Harga saham tersebut membaik setelah terkoreksi sekitar 50% karena peringatan laba di bulan Februari.
"Proyeksi per kuartal itu sulit untuk perusahaan permaianan karena ongkos bisa jadi naik signifikan di antara kuartalnya," kata Hannu Rauhala, Analis di OP Bank, yang memberi peringkat "beli" untuk saham Rovio.
"Meskipun demikian, laporan itu menunjukkan stabilitas kinerja mereka yang memperkuat kepercayaan."
Rovio menegaskan kembali proyeksi setahun penuh yang mengecewakan para investor di bulan Februari, ketika perusahaan itu mengatakan penjualan bisa turun tahun ini setelah melesat 55% di tahun 2017.
Selama beberapa bulan belakangan ini, Rovio mengumumkan pengunduran diri Head of Games dan Chief Investor Relation sementara memangkas upah Direktur dan Wakil Direkturnya.
Rovio memprediksi sekuel film akan mendorong bisnisnya tahun depan. Perusahaan juga akan melanjutkan spin-off Hatch yang membangun layanan streaming ala Netflix untuk permainan ponsel.Rovio berharap sekuel film akan mendorong bisnisnya tahun depan.
Perusahaan itu juga sudah meningkatkan investasi di perusahaan spin-off bernama Hatch yang membangun layanan streaming ala Netflix untuk permainan ponsel.
(hps) Next Article Terbesar di Asia, Tencent Terbitkan Obligasi Rp 85 Triliun
Melansir Reuters, permasalahan yang sedang dialami perusahaan asal Finlandia itu berakar dari persaingan ketat dan kenaikan ongkos akuisisi pengguna, serta tinggi ketergantungan pada merek Angry Birds yang pertama kali diluncurkan dalam bentuk permainan ponsel pada tahun 2009.
Meskipun begitu, laba operasi yang disesuaikan di kuartal I tahun 2018 naik dua kali lipat secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 10 juta euro (US$ 12 juta atau Rp 168,8 miliar), seiring dengan pertumbuhan Rovio dalam permainan papan atasnya dan ongkos pemasaran yang menurun.
Harga saham Rovio, yang tercatat bulan September lalu, naik 5,6% karena kabar itu. Harga saham tersebut membaik setelah terkoreksi sekitar 50% karena peringatan laba di bulan Februari.
"Proyeksi per kuartal itu sulit untuk perusahaan permaianan karena ongkos bisa jadi naik signifikan di antara kuartalnya," kata Hannu Rauhala, Analis di OP Bank, yang memberi peringkat "beli" untuk saham Rovio.
"Meskipun demikian, laporan itu menunjukkan stabilitas kinerja mereka yang memperkuat kepercayaan."
Rovio menegaskan kembali proyeksi setahun penuh yang mengecewakan para investor di bulan Februari, ketika perusahaan itu mengatakan penjualan bisa turun tahun ini setelah melesat 55% di tahun 2017.
Selama beberapa bulan belakangan ini, Rovio mengumumkan pengunduran diri Head of Games dan Chief Investor Relation sementara memangkas upah Direktur dan Wakil Direkturnya.
Rovio memprediksi sekuel film akan mendorong bisnisnya tahun depan. Perusahaan juga akan melanjutkan spin-off Hatch yang membangun layanan streaming ala Netflix untuk permainan ponsel.Rovio berharap sekuel film akan mendorong bisnisnya tahun depan.
Perusahaan itu juga sudah meningkatkan investasi di perusahaan spin-off bernama Hatch yang membangun layanan streaming ala Netflix untuk permainan ponsel.
(hps) Next Article Terbesar di Asia, Tencent Terbitkan Obligasi Rp 85 Triliun
Most Popular