Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Kenapa Ringgit dan Baht Menguat?

Arys Aditya, CNBC Indonesia
17 May 2018 18:35
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, menjelaskan mengapa di saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi masih ada yang apresiasi.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, menjelaskan mengapa di saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi atau jatuh tapi masih ada mata uang yang apresiasi. Di antaranya, ringgit Malaysia dan baht Thailand.

"Memang Thai baht dan Malaysia ringgit ada apresiasi. Namun secara umum kita juga memahami bahwa itu year to date. Kalau month to date mata uang adakalanya lebih lemah dari kita," kata Agus Martowardojo di Gedung BI, Kamis (17/5/2018).

"Kekuatan mereka di transaksi berjalannya. Mereka menikmati surplus tapi kita menikmati defisit," jelasnya.

Dengan kekuatan surplus di transaksi berjalan, Agus mengatakan hal tersebut mampu menjaga mata uangnya tidak melemah. Ia menambahkan selama periode Maret-April 2018, rupiah terdepresiasi 2,06%.

"Namun dibandingkan negara lainnya masih terjaga. Misalnya rupee India, terdepresiasi 5,4%, peso Filipina 4,25%. Dan real Brasil 8,5%, serta lira Turki 12%. Pelemahan kita masih terjaga," katanya.

(dru) Next Article Tahan Bunga Acuan 6%, BI Keluarkan 6 Kebijakan 'Akomodatif'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular