Akibat Teror Bom, Dolar AS Kembali Dekati Rp 14.000

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2018 12:48
Akibat Teror Bom, Dolar AS Kembali Dekati Rp 14.000
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan hari ini. Berbagai sentimen domestik berkumpul dan menjadi beban berat bagi langkah rupiah. 

Pada Senin (14/5/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 13.985. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Dolar AS kembali mendekati level Rp 14.000. 

Rupiah dibuka melemah tipis 0,03%. Namun seiring jalan, rupiah terus melemah dan kembali mendekat ke level Rp 14.000/US$. 

Reuters
 
Dolar AS sebenarnya sedang melemah. Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, melemah tipis 0,07%. 


Pelemahan dolar AS dipicu oleh kembali risk appetite investor seiring rilis data terbaru mengenai inflasi impor (imported inflation) di Negeri Paman Sam. Pada April 2018, imported inflation AS tercatat 0,3% secara month-on-month. Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan 0,5%. 

Inflasi AS yang masih moderat ini membuat pelaku pasar memperkirakan The Federal Reserve/The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Kenaikan tiga kali sepanjang 2018 masih relevan, sampai saat ini belum ada lagi sentimen yang bisa menggerakkan sampai ke empat kali. 

Ditambah lagi ada komentar dari Presiden The Fed St Louis James Bullard, yang mengatakan kenaikan suku bunga melebihi dosis belum dibutuhkan. Kenaikan suku bunga lebih dari perkiraan justru bisa merugikan perekonomian, karena membuat dunia usaha sulit bergerak. 

"Kita harus membuka sampanye, karena ekonomi saat ini membaik. Saya yakin tekanan inflasi tidak akan terlalu besar. Tidak perlu mendistrupsi pemulihan ekonomi ini dengan suku bunga yang lebih tinggi," jelas Bullard. 

Akibat dua sentimen ini, dolar AS pun kehilangan tenaga. Greenback yang sempat menguat karena Bank Sentral Inggris menahan suku bunga, berbalik arah dan melemah. 

Namun, sentimen domestik membebani rupiah untuk membukukan penguatan. Setidaknya ada dua sentimen besar. 

Pertama adalah tragedi bom di Surabaya. Kemarin, terjadi aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Pahlawan. Hari ini pun ada serangan lanjutan dengan serangan bom sepeda motor ke Mapolrestabes Surabaya.

Tragedi ini menimbulkan pertanyaan di benak investor mengenai isu keamanan di Indonesia. Biasanya setelah terjadinya aksi teror, nilai tukar rupiah cenderung melemah karena investor meninggalkan Indonesia.

Kedua adalah rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit US$ 3,85 miliar pada kuartal I-2018. Memburuk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu surplus US$ 4,51 miliar.

NPI merupakan salah satu fundamental yang menjadi pijakan penguatan nilai tukar. Kala NPI defisit, maka rupiah akan kehilangan pijakan untuk terapresiasi.

Rilis data ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar. Indonesia bisa dinilai rentan oleh pelaku pasar sehingga arus modal portofolio kemungkinan akan terus keluar. Rupiah pun semakin kehilangan sokongan untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular