
Pelemahan Rupiah Ketiga Terdalam di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2018 09:36

Investor sepertinya beraksi hati-hati karena pekan ini akan ada rilis sejumlah data penting. Pertama adalah data perdagangan internasional yang dijadwalkan dirilis besok, dan kedua adalah pengumuman suku bunga acuan pada Kamis.
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) sudah memberikan kode keras bahwa ruang kenaikan suku bunga cukup besar. Sentimen ini menjadi obat kuat bagi rupiah hingga akhir pekan lalu.
Namun tidak bertahan hingga pekan ini, karena investor justru menanti janji BI. Selagi menanti, pelaku pasar pun bergerak hati-hati.
Selain itu, ada sentimen negatif dari rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit US$ 3,85 miliar pada kuartal I-2018. Memburuk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu surplus US$ 4,51 miliar.
Seperti biasa, transaksi berjalan (current account) masih membukukan defisit. Kali ini nilainya US$ 5,54 miliar atau 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pencapaian ini membengkak ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 2,16 miliar (0,89% PDB).
Namun biasanya defisit transaksi berjalan bisa ditutup oleh surplus di transaksi modal dan finansial. Kali ini tidak berlaku.
Transaksi modal dan finansial memang masih membukukan surplus, yaitu US$ 1,81 miliar. Namun jauh lebih rendah dibandingkan posisi kuartal I-2017 yang mencapai US$ 6,93 miliar. Kini transaksi modal dan finansial tidak bisa menutup lubang menganga yang ditinggalkan transaksi berjalan.
NPI merupakan salah satu fundamental yang menjadi pijakan penguatan nilai tukar. Kala NPI defisit, maka rupiah akan kehilangan pijakan untuk terapresiasi. Rilis data ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar.
Indonesia bisa dinilai rentan oleh pelaku pasar sehingga arus modal portofolio kemungkinan akan terus keluar. Rupiah pun semakin kehilangan sokongan untuk menguat.
Belum lagi kemarin ada tragedi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Kemudian pada pukul 08:50 WIB pagi ini, terjadi lagi penyerangan berupa bom kendaraan yang menimpa Polrestabes Surabaya.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan atas keamanan di Tanah Air. Bila investor sampai berpersepsi bahwa Indonesia tidak aman, maka aliran modal akan cenderung keluar. Ini tentu semakin membebani rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) sudah memberikan kode keras bahwa ruang kenaikan suku bunga cukup besar. Sentimen ini menjadi obat kuat bagi rupiah hingga akhir pekan lalu.
Namun tidak bertahan hingga pekan ini, karena investor justru menanti janji BI. Selagi menanti, pelaku pasar pun bergerak hati-hati.
Seperti biasa, transaksi berjalan (current account) masih membukukan defisit. Kali ini nilainya US$ 5,54 miliar atau 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pencapaian ini membengkak ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 2,16 miliar (0,89% PDB).
Namun biasanya defisit transaksi berjalan bisa ditutup oleh surplus di transaksi modal dan finansial. Kali ini tidak berlaku.
Transaksi modal dan finansial memang masih membukukan surplus, yaitu US$ 1,81 miliar. Namun jauh lebih rendah dibandingkan posisi kuartal I-2017 yang mencapai US$ 6,93 miliar. Kini transaksi modal dan finansial tidak bisa menutup lubang menganga yang ditinggalkan transaksi berjalan.
NPI merupakan salah satu fundamental yang menjadi pijakan penguatan nilai tukar. Kala NPI defisit, maka rupiah akan kehilangan pijakan untuk terapresiasi. Rilis data ini bisa menjadi sentimen negatif di pasar.
Indonesia bisa dinilai rentan oleh pelaku pasar sehingga arus modal portofolio kemungkinan akan terus keluar. Rupiah pun semakin kehilangan sokongan untuk menguat.
Belum lagi kemarin ada tragedi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Kemudian pada pukul 08:50 WIB pagi ini, terjadi lagi penyerangan berupa bom kendaraan yang menimpa Polrestabes Surabaya.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan atas keamanan di Tanah Air. Bila investor sampai berpersepsi bahwa Indonesia tidak aman, maka aliran modal akan cenderung keluar. Ini tentu semakin membebani rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular