Ledakan Bom di RI dan Hantaman Pada IHSG

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
13 May 2018 15:48
Teror bom kembali melanda Indonesia, kali ini terjadi di Surabaya, Jawa Timur, yang merupakan kota kedua terbesar di negara ini.
Foto: Eris Riswandi Via Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Teror bom kembali melanda Indonesia, kali ini terjadi di Surabaya, Jawa Timur, yang merupakan kota kedua terbesar di negara ini.

Sejauh ini kepolisian setempat masih mengecek perkembangan korban, dan akan disampaikan ke publik sesegera mungkin. Ledakan bom terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Jl Arjuna.

Laporan terkini menulis korban jiwa mencapai 11 orang dan setidaknya 41 orang terluka.


Aksi terorisme di Indonesia sudah berlangsung sejak  2 dekade lalu, dimulai dari aksi pengeboman di Bursa Efek Jakarta. Dalam beberapa tahun kemudian kemudian, rentetan serangan besar lainnya terjadi, termasuk yang paling mematikan adalah peristiwa Bom Bali pada tahun 2002.

Kelompok militan Islam kerap dikaitkan di balik peristiwa terorisme tersebut, dengan menargetkan kaum non-muslim ataupun institusi asing. Salah satu aktor militan islam yang terkenal yakni Jemaah Islamiyah, yang disebut-sebut berhubungan dengan kelompok Al-Qaeda.

Lalu, bagaimana dampak peristiwa pengeboman yang terjadi sejak tahun 2000 kepada pergerakan bursa saham domestik? Seperti diketahui, peristiwa terorisme yang terjadi di tanah air tentu saja berpotensi memberikan dampak negatif bagi investasi dan ekonomi, seiring adanya indikasi ketidakstabilan politik dan kemanan di Indonesia.

 Ledakan Bom  di RI dan Hantaman Pada IHSG


Berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, hampir seluruh peristiwa terorisme yang terjadi sejak tahun 2000 hingga saat ini, selalu berdampak bagi terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebagai contoh, pada saat pengeboman berlangsung di Bursa Efek Jakarta pada 13 September 2000, IHSG langsung ditutup anjlok 7% saat bursa kembali beroperasi pada tanggal 18 September 2000.

Kemudian, saat teror bom malam natal tahun 2000 berlangsung di sejumlah gereja yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, IHSG pun langsung ditutup melemah dua hari berturut-turut pada tanggal 2 dan 3 Januari 2001, masing-masing sebesar 1,47% dan 1,07%, saat bursa kembali beroperasi pasca libur panjang.

Dampak terparah peristiwa terorisme terhadap bursa domestik terjadi saat peristiwa Bom Bali 2002 (Bom Bali I) mengguncang tanah air. Pasca peristiwa yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai 300 orang tersebut, IHSG tercatat anjlok lebih dari 10%, yang merupakan salah satu performa terburuk IHSG pada abad-20.

Setahun kemudian, Indonesia kembali dihebohkan saat bom bunuh diri meledak di pusat kota Jakarta, kali ini di Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003. Korban meninggal dunia di peristiwa tersebut mencapai 11 orang. Di hari itu juga, IHSG langsung ditutup terkoreksi lebih dari 3%.  

Pada tahun 2009, JW Marriott kembali menjadi TKP pengeboman, bersama-sama dengan Hotel Ritz Carlton, tepatnya pada tanggal 17 Juli 2009 pagi, atau hanya berselang 2 hari dari kedatangan tim sepak bola Manchester United yang akan menginap di Ritz Carlton. 9 orang dinyatakan tewas pada peristiwa tersebut, sementara 50 orang luka-luka. Pada tanggal 17 Juli 2009 tersebut, IHSG langsung ditutup amblas 0,55%.

Pada peristiwa pengeboman yang paling anyar (selain yang hari ini terjadi di Surabaya), yakni di Sarinah Jakarta Pusat, pada tanggal 14 Januari 2016, IHSG pun langsung ditutup menurun 0,53% di hari yang sama.

Setidaknya, hanya ada satu kejadian di mana IHSG tidak terkoreksi pasca peristiwa terorisme terjadi, yakni saat peristiwa Bom Bali II terjadi pada 1 Oktober 2005. Setelah peristiwa tersebut, IHSG malah ditutup menguat 0,38% saat perdagangan hari Senin (3/10/2005).

Hal itu nampaknya terjadi karena peristiwa tersebut tidak menyebabkan pengaruh sebesar sang pendahulunya Bom Bali 2002. Korban peristiwa tersebut juga relatif jauh lebih sedikit dibandingkan peristiwa 2002. Pemandangan para wisatawan asing yang langsung eksodus ke negara asalnya (seperti pada Bom Bali 2002) juga tidak terlalu masif pada peristiwa ini.

Bom Surabaya

Terkait dengan peristiwa pengeboman di Surabaya hari ini, sejumlah analis memperkirakan ledakan bom beruntun yang terjadi di beberapa titik ibu kota Jawa Timur itu dinilai tidak akan berpengaruh negatif untuk pembukaan IHSG pekan depan.

Pasalnya, fundamental ekonomi negara lebih menjadi faktor yang dinilai. Meskipun faktor keamanan turut dipertimbangkan, hal tersebut tidak berpengaruh besar karena segera ditangani oleh aparat.

"Sewajarnya semua aman karena kita tahu bahwa fundamental kita masih kuat dan itu yang lebih dilihat oleh investor," kata William Surya Wijaya, Analis di Asjaya Indosurya Securities, kepada CNBC Indonesia, Minggu (13/5/2018).



Serupa dengan pendapat William, Nafan Aji selaku Analis di Binaartha Sekuritas pun mengatakan kejadian bom ini hanya berpengaruh sementara terhadap IHSG. "Pengaruh bom Surabaya tersebut hanya bersifat sangat temporer.  Selain itu, belum ada data makroekonomi domestik pada hari Senin [14/5/2018], sehingga diperkirakan minim sentimen positif," kata Nafan.

Namun demikian, bukan mustahil IHSG akan bergerak negatif pada perdagangan esok hari, apabila berkaca pada data historis di atas. Bahkan, ada peristiwa yang cukup mirip dengan kejadian di Surabaya hari ini, yakni saat terjadi peristiwa bom bunuh diri di GBIS Kepunton Solo pada 25 September 2011, di mana kejadiannya sama-sama terjadi di luar Jakarta dan mengincar tempat peribadatan umat Kristiani.

Pada peristiwa bom Solo tersebut, bahkan tidak ditemukan korban jiwa (selain pelaku), di mana hanya tercatat 25 korban mengalami luka-luka. Akan tetapi sehari setelah kejadian tersebut, IHSG ditutup melemah hingga lebih dari 3%.

Meski ada sentimen dari global saat itu, yakni dari permasalahan moneter di Negara Yunani, namun nampaknya pelaku pasar cukup mencermati kejadian bom Solo 2011 tersebut seiring adanya kekhawatiran terhadap aksi bom susulan. Kecemasan yang sama bukan tidak mungkin akan timbul pada perdagangan hari Senin (14/5) besok.




(RHG/RHG) Next Article Nasib Rupiah Kala Teror Bom Merajalela

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular