
Pengamat: Kenaikan Suku Bunga Acuan Langkah yang Sehat
Anastasia Arivirianty, CNBC Indonesia
08 May 2018 21:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Asshmore Asset Management Indonesia Arief Wana berpendapat, apabila suku bunga dinaikkan, hal itu adalah langkah penyesuaian yang sehat (healthy adjustment).
Ini menjadi salah satu pertimbangan BI sebagai langkah untuk melakukan stabilisasi.
"Dengan adanya rencana kenaikan The Fed sebanyak empat kali di tahun ini, BI mungkin bisa mempertimbangkan menaikkan suku bunga, karena jika tidak tentunya akan ada potensi semakin banyak dana keluar ke depannya," terang Arief kepada media ketika dijumpai di Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Lebih lanjut, ia mengakui, dampak dinaikkannya suku bunga, paling tidak 25-50 basis poin (bps) tentunya ada, tetapi menurutnya tidak terlalu signifikan. Hal itu disebabkan, loan to deposit ratio (LDR) perbankan Indonesia masih di 90%, sehingga bila ada kenaikan suku bunga pinjaman (lending rate) tidak akan besar meski memang permintaan akan melambat, begitu pula jika memang ada kenaikan suku bunga deposito (deposit rate), sebab masih berada di atas suku bunga acuan.
"Sehingga, dampak transmisi kenaikan suku bunga tidak akan terlalu signifikan, tetapi berimpak besar pada stabilitas. Kalau BI memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga tetapi tekanan makin berat, maka justru akan beri gejolak lebih dalam dan malah berpotensi menyerang fundamental," tambah Arief.
Adapun, tutur Arief, di 2018 diharapkan pertumbuhan ekonomi akan membaik di kuartal II nanti, dan investor serta dunia akan melihat bahwa Indonesia merupakan negara yang tangguh denan fundamental bagus dan situasi sangat aman.
"Pertumbuhan ekonomi di 5%-5,2% saya rasa masih bisa dipertahankan meski Rupiah melemah atau suku bunga naik. Yang penting, fundamental dan pertumbuhan Indonesia ke depannya akan membaik," tandasnya.
(roy) Next Article Menakar Potensi Penurunan BI-7DRR
Ini menjadi salah satu pertimbangan BI sebagai langkah untuk melakukan stabilisasi.
"Sehingga, dampak transmisi kenaikan suku bunga tidak akan terlalu signifikan, tetapi berimpak besar pada stabilitas. Kalau BI memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga tetapi tekanan makin berat, maka justru akan beri gejolak lebih dalam dan malah berpotensi menyerang fundamental," tambah Arief.
Adapun, tutur Arief, di 2018 diharapkan pertumbuhan ekonomi akan membaik di kuartal II nanti, dan investor serta dunia akan melihat bahwa Indonesia merupakan negara yang tangguh denan fundamental bagus dan situasi sangat aman.
"Pertumbuhan ekonomi di 5%-5,2% saya rasa masih bisa dipertahankan meski Rupiah melemah atau suku bunga naik. Yang penting, fundamental dan pertumbuhan Indonesia ke depannya akan membaik," tandasnya.
(roy) Next Article Menakar Potensi Penurunan BI-7DRR
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular