Internasional

Perang Dagang, Ekspor China Tetap Melambung di Bulan April

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 May 2018 15:23
Ekspor China naik 12,9% di bulan April dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Beijing, CNBC Indonesia - Ekspor China di bulan April melambung lebih tinggi dibanding perkiraan setelah anjlok mendadak di bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan global masih relatif tahan banting dan memberi penopang ekonomi di tengah cekcok dagang yang memanas dengan Amerika Serikat (AS).

Impor bulan April juga tumbuh lebih kuat daripada ekspektasi dan menunjukkan permintaan domestik China yang tetap bagus. Ini adalah kabar baik bagi para anggota dewan yang ingin meredakan hantaman ketegangan dagang, tulis Reuters.

Kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu telah saling melempar ancaman soal tarif bernilai puluhan miliar dolar selama beberapa bulan belakangan. Dunia pun khawatir perang dagang antara Washington dan Beijing akan pecah sehingga merusak pertumbuhan global dan mengacaukan pasar keuangan.

Ekspor China naik 12,9% di bulan April dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, melampaui proyeksi para analis sebesar 6,3% dan kembali meraih kenaikan dari penurunan 2,7% di bulan Maret yang diyakini para analis sangat terdistorsi faktor musiman.

Perselisihan yang memanas dengan Washington, serta ancaman tindakan hukum terhadap perdagangan dan investasi telah menambah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi China tahun ini.

Diskusi tingkat tinggi antara kedua belah pihak di Beijing pekan lalu nampaknya hanya membuahkan sedikit kemajuan substantif dalam meredakan ketegangan, terlepas dari terjalinnya kesepakatan untuk berdikusi lagi.

Pejabat perekonomian papan atas China akan mengunjungi Washington pekan depan untuk melanjutkan diskusi dagang dengan pemerintahan Trump, kata Gedung Putih pada hari Senin (7/5/2018).

Berbagai sumber yang dikutip oleh Reuters mengatakan China telah mengajukan tawaran untuk membeli lebih banyak barang AS dan menurunkan bea impor beberapa barang, termasuk mobil.

Pemerintah Trump sendiri memasang batasan yang cukup keras, yaitu menuntut pemangkasan surplus dagang China dengan AS sebanyak US$200 miliar (Rp 2.807 triliun), menurunkan bea impor secara drastis, dan memberi subsidi teknologi yang lebih maju.

Surplus dagang China dengan AS melebar menjadi US$22,19 miliar di bulan April dari US$15,43 miliar di bulan Maret, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data kepabeanan yang dirilis hari Selasa (8/5/2018). Surplus dari bulan Januari sampai April sendiri naik hingga US$80,4 miliar jika dibandingkan dengan sekitar US$71 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Ekspor China ke AS tumbuh 13,9% dalam empat bulan pertama tahun 2018 dari tahun sebelumnya, tetapi turun dibandingkan dengan kenaikan 14,8% di bulan Januari sampai Maret. Impor dari AS juga naik 11,6% di periode yang sama.



Impor yang kuat

Impor China di bulan April juga menampilkan pertumbuhan yang kuat secara keseluruhan, menunjukkan bahwa permintaan domestik masih tangguh meskipun ongkos pinjaman korporasi naik dan investasi properti semakin dingin.

Impor tumbuh 21,5% secara tahunan (yoy), melampaui proyeksi para analis yaitu pertumbuhan 16% dan melesat dari kenaikan 14,4% di bulan Maret. Impor kedelai dan minyak mentah China naik di bulan April dari bulan sebelumnya, meskipun impor bijih besi dan batu bara anjlok.

Hal itu membuat China memiliki surplus dagang senilai $28,78 miliar di bulan itu, melampaui proyeksi surplus bulan April di angka $24,7 miliar dan defisit yang jarang sekali terjadi di bulan Maret senilai $4,98 miliar.

Alhasil, surplus dengan AS dari bulan Januari hingga April melebar menjadi US$80,4 miliar, menurut data bea cukai China. Sementara, surplus dagang China dengan AS di bulan April adalah US$22,19 miliar.
(prm) Next Article Dominasi Made in China di Impor Indonesia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular