Bos BEI Optimistis Pertumbuhan Indonesia 2018 Bisa 5,4%-5,5%
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
07 May 2018 15:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio optimistis target pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun bisa mencapai target 5,4%-5,5%.
Menurut Tito, pertumbuhan ekonomi akan didorong pendapatan masyarakat yang tidak turun, ditambah inflasi yang masih terkendali, investor pasar modal yang tercatat terus meningkat, dan aktivitas masyarakat yang cenderung melakukan saving dibandingkan spending.
"Memang masih menjadi perdebatan, spending berkurang karena saving itu hal baik atau bukan, tapi menurut saya untuk beberapa hal itu bagus, berarti masyarakat telah memikirkan masa depannya," ujar Tito kepada media ketika dijumpai di Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/5).
Tito melanjutkan, pertumbuhan ekonomi nanti bisa membaik asal inflasi masih tetap terjaga. Pada Januari ini aktivitas ekonomi memang berat karena kenaikan harga minyak dan apresiasi Dolar AS yang memicu kenaikan subsidi agak tinggi, ditambah kebutuhan masyarakat yang meningkat.
"Saya akui, itu tantangan berat," tuturnya.
Pasalnya, lanjut Tito, jika subsidi ditarik, inflasi akan naik, tetapi jika subsidi tetap akan berpotensi menurunkan APBN. Kendati demikian, Tito tetap yakin pemerintah memiliki jalan keluar untuk hal tersebut.
Selain itu, ia agak khawatir kenaikan barang-barang konsumsi, seperti makanan, telekomunikasi, dan sebagainya. Untuk itu, hal paling efektif untuk mengatasi hal tersebut adalah memperkuat Rupiah.
"Banyak ketidakpastian yang menakutkan di tahun ini, tapi sekali lagi, saya yakin pemerintah punya jalan keluarnya," pungkas Tito.
(hps/hps) Next Article Tutup Perdagangan BEI, Airlangga Pede PDB RI 5,2% di 2022
Menurut Tito, pertumbuhan ekonomi akan didorong pendapatan masyarakat yang tidak turun, ditambah inflasi yang masih terkendali, investor pasar modal yang tercatat terus meningkat, dan aktivitas masyarakat yang cenderung melakukan saving dibandingkan spending.
"Memang masih menjadi perdebatan, spending berkurang karena saving itu hal baik atau bukan, tapi menurut saya untuk beberapa hal itu bagus, berarti masyarakat telah memikirkan masa depannya," ujar Tito kepada media ketika dijumpai di Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/5).
"Saya akui, itu tantangan berat," tuturnya.
Pasalnya, lanjut Tito, jika subsidi ditarik, inflasi akan naik, tetapi jika subsidi tetap akan berpotensi menurunkan APBN. Kendati demikian, Tito tetap yakin pemerintah memiliki jalan keluar untuk hal tersebut.
Selain itu, ia agak khawatir kenaikan barang-barang konsumsi, seperti makanan, telekomunikasi, dan sebagainya. Untuk itu, hal paling efektif untuk mengatasi hal tersebut adalah memperkuat Rupiah.
"Banyak ketidakpastian yang menakutkan di tahun ini, tapi sekali lagi, saya yakin pemerintah punya jalan keluarnya," pungkas Tito.
(hps/hps) Next Article Tutup Perdagangan BEI, Airlangga Pede PDB RI 5,2% di 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular