Tutup Perdagangan BEI, Airlangga Pede PDB RI 5,2% di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimis dengan pertumbuhan kredit pada 2022 mendatang bisa mencapai 5,2%. Optimisme ini seiring dengan terus terjadinya perbaikan ekonomi seiring dengan terkendalinya penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan salah stau upaya pemerintah untuk mendorong perekonomian di 2022 mendatang adalah melalui alokasi dana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).
"Pengendalian pandemi jadi kunci pemulihan ekon dan pem optimis di 2022 insyaallah PE bisa didorong 5,2%," kata Airlangga dalam penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021, Kamis (30/12/2021).
Dia menjelaskan, tahun depan anggaran untuk PC-PEN dari APBN mencapai Rp 414 triliun. Di samping itu pemerintah telah memberikan relaksasi untuk pajak korporasi menjadi 22% dan khusus untuk perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI diberikan angka khusus di 19%.
"Jadi bahasanya [kalau] jumlah IPO kurang banyak yang kebangetan dirut [direktur utama] bursanya," kelakarnya.
Penggerak perekonomian lainnya yang sudah disiapkan oleh pemerintah adalah pendirian dana abadi Indonesia atau sovereign wealth fund (SWF) bernama Indonesia Investment Authority (INA) untuk menarik investasi asing masuk ke dalam negeri.
Pemerintah telah memberikan modal total Rp 75 triliun kepada INA melalui dana segar senilai Rp 30 triliun dan Rp 45 triliun dalam bentuk investasi jangka panjang.
"Dalam sejarah kita punya long term investment. Diharapkan 2022 bisa bekerja karena sekarang due diligence dan diharapkan segera selesai," imbuhnya.
Dalam perkembangan perekonomian terkini, Airlangga menyebutkan di 2021 perekonomian global dipertemukan dengan sejumlah tantangan, mulai dari kenaikan hrga energi, disrupsi rantai pasok global, hingga krisis properti China yang nilainya mencapai US$ 300 miliar dan diperkirakan akan berdampak pada dunia di tahun depan.
Selain itu, dunia saat ini dihadapkan pada tantangan tapering off yang akan dilakukan oleh Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, dan kemungkinan kenaikan suku bunga. Hal ini menyusul meningkatnya inflasi negara tersebut yang sudah melebihi tingkat suku bunganya.
Di dalam negeri, pada kuartal III tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 3,5%. Pertumbuhan ini tertahan karena penyebaran varian delta pada periode tersebut yang membuat angka posotif Covid di dalam negeri naik menjadi 56 ribu.
Airlangga menyebutkan, ketakutan yang sama juga terjadi saat varian omicron mulai menyebar. Namun demikian, dia mengatakan saat ini ketahanan sektor kesehatan dalam negeri sudah membaik sehingga diharapkan kondisi yang sama tak lagi akan terjadi.
Saat ini kompenen ekonomi sudah menunjukkan data perbaikan, mulai dari harga barang jasa relatif baik dan inflasi 1,75% secara tahunan. Angka ini dinilai menunjukkan kegiatan masyarakat mulai pulih dengan hasil survei Bank Indonesia average rasional 76,1% di November lalu.
Di sisi lain, penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.231,87 triliun, angka ini melebihi target pemerintah sebelumnya yakni di Rp 1.122,9 triliun atau mencapai 100,19% dari target. Ini merupakan rekor terbaru dalam 12 tahun terakhir.
"Dengan demikian target defisit lebih rendah dari yang direncanakan APBN. Pemerintah optimis defisit ini bisa dikendalikan di 2023 apabila underlying-nya sama dan pandemi covid tertangani," tandasnya.
[Gambas:Video CNBC]
China Krisis Energi hingga Properti, Apa Kabar Ekonominya?
(mon/hps)