
Perhatikan Tiga Penggerak Sentimen Pasar Pekan Depan
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 May 2018 17:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 2,14% ke 5.792,35 dan menjadi bursa dengan koreksi terparah di antara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Untuk melihat apakah peluang kenaikan IHSG terbuka pada perdagangan pekan depan, investor perlu mencermati tiga sentimen eskternal yang bakal memengaruhi selera mengambil risiko (risk appetite) investor global, dan turut andil dalam pergerakan bursa Indonesia.
Pertama, dari sisi moneter Bank of England diprediksi menahan suku bunganya pada Kamis (10/5), menunda rencana kenaikan lebih cepat yang sempat dikemukakan sebelumnya pada Februari. Langkah tersebut berpeluang diambil karena inflasi jatuh lebih cepat dari ekspektasi sementara pertumbuhan ekonomi menyentuh titik terlambat sejak 1975.
Keputusan tersebut bisa memberikan sedikit angin segar terhadap rupiah karena jika bank sentral Inggris mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) yang ingin mengerek suku bunga acuannya lebih cepat, yield surat utang Indonesia semakin tidak menarik dan investor global memilih mengalihkan asetnya untuk membeli surat berharga di negara-negara maju.
Saham-saham bank berpeluang menjadi sasaran spekulasi menjelang keputusan ini. Jika suku bunga ditahan, ada peluang saham perbankan-yang dalam dua pekan terakhir tertekan di tengah depresiasi rupiah-mencatat penguatan harga.
Kedua, harga energi utama dunia. Sepanjang tahun berjalan, harga minyak mentah telah menguat dengan harga kontrak minyak light sweet di New York menguat 8,58% sedangkan minyak Brent di Eropa bertambah 10,72%.
Mengutip Reuters, Iran memilih harga minyak mentah yang "beralasan" untuk menjaga stabilitas. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zangeneh menyebutkan harga minyak yang "beralasan" akan mendorong produser mempertahankan suplai sembari mencegah pasar dunia jatuh menuju ketidakstabilan.
Terkait dengan isu Iran yang bisa memengaruhi produksi minyak dunia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia pada Rabu, untuk membahas isu geopolitik di Timur Tengah.
Salah satu yang dibicarakan adalah upaya meredam pengaruh Iran di kawasan dan program nuklirnya. Hasil pembicaraan ini bisa memengaruhi harga minyak dunia karena poin kesepakatan nuklir Iran dengan negara Barat salah satunya mengatur tentang ekspor minyak negara tersebut.
Jika narasi yang mengemuka cenderung mengarah pada pembatalan kesepakatan sebelumnya, maka larangan ekspor minyak asal Iran akan kembali diberlakukan dan membuat harga minyak dunia menguat. Harga saham emiten energi di Indonesia pun memiliki ruang penguatan meski terbatas.
Ketiga, dari ekonomi makro perhatikan retorika Presiden AS Donald Trump terkait dengan negosiasi antara AS dan China terkait dengan perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini. Trump pekan ini akan mengambil "langkah selanjutnya" setelah delegasi kedua negara bertemu pada Kamis dan Jumat pekan ini.
Jika ada kemajuan positif terkait pertikaian kedua negara tersebut, Wall Street berpeluang menghijau yang kemudian diikuti kenaikan bursa regional termasuk Indonesia. Saham-saham unggulan (blue chip) yang pekan lalu terkoreksi dan harganya menjadi kian murah pun berpeluang untuk kembali dikoleksi.
(ags/prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Untuk melihat apakah peluang kenaikan IHSG terbuka pada perdagangan pekan depan, investor perlu mencermati tiga sentimen eskternal yang bakal memengaruhi selera mengambil risiko (risk appetite) investor global, dan turut andil dalam pergerakan bursa Indonesia.
Pertama, dari sisi moneter Bank of England diprediksi menahan suku bunganya pada Kamis (10/5), menunda rencana kenaikan lebih cepat yang sempat dikemukakan sebelumnya pada Februari. Langkah tersebut berpeluang diambil karena inflasi jatuh lebih cepat dari ekspektasi sementara pertumbuhan ekonomi menyentuh titik terlambat sejak 1975.
Saham-saham bank berpeluang menjadi sasaran spekulasi menjelang keputusan ini. Jika suku bunga ditahan, ada peluang saham perbankan-yang dalam dua pekan terakhir tertekan di tengah depresiasi rupiah-mencatat penguatan harga.
Kedua, harga energi utama dunia. Sepanjang tahun berjalan, harga minyak mentah telah menguat dengan harga kontrak minyak light sweet di New York menguat 8,58% sedangkan minyak Brent di Eropa bertambah 10,72%.
Mengutip Reuters, Iran memilih harga minyak mentah yang "beralasan" untuk menjaga stabilitas. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zangeneh menyebutkan harga minyak yang "beralasan" akan mendorong produser mempertahankan suplai sembari mencegah pasar dunia jatuh menuju ketidakstabilan.
Terkait dengan isu Iran yang bisa memengaruhi produksi minyak dunia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia pada Rabu, untuk membahas isu geopolitik di Timur Tengah.
Salah satu yang dibicarakan adalah upaya meredam pengaruh Iran di kawasan dan program nuklirnya. Hasil pembicaraan ini bisa memengaruhi harga minyak dunia karena poin kesepakatan nuklir Iran dengan negara Barat salah satunya mengatur tentang ekspor minyak negara tersebut.
Jika narasi yang mengemuka cenderung mengarah pada pembatalan kesepakatan sebelumnya, maka larangan ekspor minyak asal Iran akan kembali diberlakukan dan membuat harga minyak dunia menguat. Harga saham emiten energi di Indonesia pun memiliki ruang penguatan meski terbatas.
Ketiga, dari ekonomi makro perhatikan retorika Presiden AS Donald Trump terkait dengan negosiasi antara AS dan China terkait dengan perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini. Trump pekan ini akan mengambil "langkah selanjutnya" setelah delegasi kedua negara bertemu pada Kamis dan Jumat pekan ini.
Jika ada kemajuan positif terkait pertikaian kedua negara tersebut, Wall Street berpeluang menghijau yang kemudian diikuti kenaikan bursa regional termasuk Indonesia. Saham-saham unggulan (blue chip) yang pekan lalu terkoreksi dan harganya menjadi kian murah pun berpeluang untuk kembali dikoleksi.
(ags/prm) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular