Asing Belum Berhenti Jualan, IHSG Anjlok 1,06%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 May 2018 09:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun 0,15% ke level 5.849,3. Pelemahan IHSG datang menyusul bursa saham utama kawasan regional yang sudah terlebih dahulu dibuka di zona merah. Bahkan, kini IHSG sudah terkoreksi sebesar 1,06% ke level 5.796,75.
Hingga saat ini, memang belum ada sentimen positif yang bisa mendukung IHSG untuk melakukan rebound, pasca anjlok lebih dari 2% pada perdagangan kemarin (3/5/2018). Dari dalam negeri, kinerja keuangan emiten-emiten berkapitalisasi pasar besar secara keseluruhan dapat dikatakan mengecewakan.
Pada hari ini, data indeks keyakinan konsumen periode April akan dirilis oleh Bank Indonesia. Sebagai catatan, indeks keyakinan konsumen terus-menerus turun semenjak awal tahun. Jika data bulan April yang akan dirilis nanti juga menunjukkan penurunan dbandingkan data bulan Maret, IHSG bisa terkoreksi semakin dalam. Pasalnya, hal tersebut memberikan indikasi bahwa daya beli masyarakat Indonesia belum juga pulih.
Dari sisi eksternal, hasil pertemuan AS-China masih ditunggu oleh investor. Kemarin (3/5/2018), delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Steve Mnuchin bertemu dengan pejabat pemerintahan China guna membahas isu perdagangan. Pertemuan tersebut rencananya akan berlangsung sampai dengan hari ini. Mnuchin mengungkapkan bahwa kedua pihak telah melakukan perbincangan yang sangat baik, sementara ekonom Gedung Putih mendeskripksikan pertemuan hari pertama cukup positif.
Namun, terdapat pesimisme bahwa pertemuan tersebut akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.
Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.
Sebelum pertemuan dimulai, China memang sudah menunjukkan sikap yang keras terhadap AS. Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.
Situasi malah bertambah kompleks tadi malam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China naik 16% YoY sepanjang kuartal 1 menjadi US$ 91,1 miliar. Laporan berbeda menunjukkan bahwa China telah membatalkan pembelian kedelai dari AS.
Kabar tersebut tentu bukan berita baik bagi negosiasi yang kini sedang berlangsung.
Merespon berbagai sentimen negatif yang mendominasi, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 42,63 miliar pada sesi awal perdagangan. Sebagai catatan, kali terakhir investor asing melakukan beli bersih di bursa saham adalah pada 19 April silam.
(ank/roy) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Hingga saat ini, memang belum ada sentimen positif yang bisa mendukung IHSG untuk melakukan rebound, pasca anjlok lebih dari 2% pada perdagangan kemarin (3/5/2018). Dari dalam negeri, kinerja keuangan emiten-emiten berkapitalisasi pasar besar secara keseluruhan dapat dikatakan mengecewakan.
Pada hari ini, data indeks keyakinan konsumen periode April akan dirilis oleh Bank Indonesia. Sebagai catatan, indeks keyakinan konsumen terus-menerus turun semenjak awal tahun. Jika data bulan April yang akan dirilis nanti juga menunjukkan penurunan dbandingkan data bulan Maret, IHSG bisa terkoreksi semakin dalam. Pasalnya, hal tersebut memberikan indikasi bahwa daya beli masyarakat Indonesia belum juga pulih.
Namun, terdapat pesimisme bahwa pertemuan tersebut akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.
Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.
Sebelum pertemuan dimulai, China memang sudah menunjukkan sikap yang keras terhadap AS. Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.
Situasi malah bertambah kompleks tadi malam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China naik 16% YoY sepanjang kuartal 1 menjadi US$ 91,1 miliar. Laporan berbeda menunjukkan bahwa China telah membatalkan pembelian kedelai dari AS.
Kabar tersebut tentu bukan berita baik bagi negosiasi yang kini sedang berlangsung.
Merespon berbagai sentimen negatif yang mendominasi, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 42,63 miliar pada sesi awal perdagangan. Sebagai catatan, kali terakhir investor asing melakukan beli bersih di bursa saham adalah pada 19 April silam.
(ank/roy) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular