IHSG Anjlok 2,55%, Tak Kuat Hadapi Tekanan Luar-Dalam

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2018 16:18
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 2,55% pada perdagangan hari ini ke level 5.858,73.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 2,55% pada perdagangan hari ini ke level 5.858,73. Jika dibandingkan dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia, koreksi IHSG merupakan yang terparah: indeks Strait Times melemah 1,17%, indeks Hang Seng melemah 1,34%, dan indeks Kospi melemah 0,73%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,86 triliun dengan volume sebanyak 7,23 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat 407.154 kali.

Pada perdagangan hari ini, IHSG dihajar luar-dalam. Sentimen negatif dari sisi eksternal datang dari pernyataan The Federal Reserve selaku bank sentral AS pada dini hari tadi (3/5/2018).

Walaupun suku bunga acuan tetap ditahan seperti estimasi pelaku pasar, The Fed mengungkapkan bahwa inflasi dan inflasi inti telah bergerak menuju target sebesar 2%.

Pernyataan tersebut merupakan sebuah peningkatan dari pernyataan pada bulan maret lalu, dimana kala itu the Fed mengungkapkan bahwa kedua indikator tersebut telah bertengger di bawah 2%.

Tak sampai disitu, the Fed juga seakan mengindikasikan bahwa inflasi bisa meroket di atas 2%. "Inflasi dalam basis 12 bulan (YoY) diharapkan berada di sekitar target simetris 2% dalam jangka waktu menengah," tulis pernyataan The Fed.

Penggunaan kata simetris inilah yang menimbulkan persepsi bahwa inflasi nantinya bisa melebihi level 2%. Sebagai catatan, inflasi sebesar 2% dianggap the Fed sebagai level inflasi yang sehat dan merupakan kunci dari kebijakan suku bunganya.

Pelaku pasar dibuat gusar oleh hal tersebut. Pasalnya, inflasi yang sudah semakin mendekati target dan bahkan bisa melebihinya kembali membuka ruang bagi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Rupiah pun menjadi korban. Walaupun menguat 0,03% ke level Rp 13.935/dolar AS pada akhir perdagangan IHSG, rupiah sempat melemah hingga mencapai Rp 13.973/dolar AS.

Nampaknya, ada intervensi dari Bank Indonesia (BI) yang membuat rupiah kembali ke teritori positif. Merespon tekanan terhadap rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 772,97 miliar.

Kemudian, investor juga dipaksa bermain aman dengan melepas instrumen beresiko seperti saham sembari menantikan hasil pertemuan delegasi AS dengan pejabat pemerintahan China pada hari ini dan besok (4/5/2018). Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan isu-isu terkait perdagangan.

Namun, hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.

Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.

Sebelum pertemuan dimulai, China memang sudah menunjukkan sikap yang keras terhadap AS. Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS.

China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.

Dari dalam negeri, laporan keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) selaku bank terbesar di Indonesia dari sisi aset ikut membebani laju IHSG. Perusahaan mengumumkan laba bersih yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 7,4 triliun sepanjang kuartal 1-2018, naik 11,3% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar Rp 8,05 triliun.

Saham BBRI ditutup melemah hingga 2,8% ke level Rp 3.150/saham, menjadikannya saham dengan kontribusi terbesar ke-5 bagi pelemahan IHSG. Tak hanya BBRI, saham emiten perbankan yang masuk dalam kategori BUKU IV juga ikut melemah: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 4,86%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 3,44%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 2,62%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,11%.

Memang, ketika terdapat sentimen negatif yang tak secara spesifik menargetkan sektor-sektor tertentu dalam IHSG seperti saat ini, pelaku pasar cenderung melepas kepemilikannya atas saham-saham dari sektor yang berkapitalisasi pasar besar seperti jasa keuangan.

Akibat aksi jual saham-saham bank BUKU IV, sektor jasa keuangan melemah hingga 2,74%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Next Article Melesat ke Bulan, IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular