Surat Utang Pemerintah Kembali Tak Laku, Ini Sebabnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 May 2018 11:03
Lelang surat utang atau obligasi pemerintah lagi-lagi sepi peminat
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Lelang surat utang atau obligasi pemerintah lagi-lagi sepi peminat. Kemarin, lelang obligasi syariah (sukuk) hanya menghasilkan perolehan dana Rp 1,38 triliun dari target indikatif Rp 8 triliun. 

Mengutip keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kemarin pemerintah melelang tujuh seri sukuk. Total penawaran yang masuk relatif tipis, hanya 5,53 triliun. Ini merupakan penawaran terendah sejak lelang awal tahun ini. 

Dari penawaran yang tipis itu, jumlah yang dimenangkan pun sangat minim. Hanya Rp 1,38 triliun, lagi-lagi terendah dalam lelang sepanjang tahun ini. 

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) secara umum memang sedang tertekan karena minat investor terhadap instrumen ini menurun. Penyebab utamanya adalah pelaku pasar sedang mengalihkan perhatian ke pasar valas untuk berburu mata uang dolar Amerika Serikat (AS). 

Pola seperti ini agak rutin terjadi jelang atau tidak lama setelah pertemuan bulan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed. Dalam setiap pertemuan, pasar menebak-nebak arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam, utamanya soal proyeksi kenaikan suku bunga. 


Dalam pertemuan April yang berakhir tadi malam waktu Indonesia, The Fed masih mempertahankan suku bunga acuan di 1.5-1,75% sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed juga tidak menghapus kemungkinan untuk menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. 

The Fed menyebutkan bahwa inflasi sudah mendekati sasaran. Personal Consumption Expenditure (PCE), yang menjadi indikator The Fed untuk mengukur tingkat inflasi, sudah mencapai target 2%. Untuk core PCE sudah mendekati 2%, tepatnya 1,9%. 

Artinya, peluang untuk kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan Juni semakin besar, karena ada kebutuhan untuk menjangkar ekspektasi inflasi agar sesuai dengan target. Dalam pertemuan 13 Juni mendatang, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2% mencapai 95%, menurut CME Federal Funds Futures. 

Ketika peluang kenaikan suku bunga acuan masih terbuka lebar, maka ruang apresiasi mata uang pun demikian. Greenback siap kembali menguat dan mengancam mata uang global, termasuk rupiah. 

Pelemahan rupiah akan membuat berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi kurang menguntungkan, karena nilainya turun. Inilah yang menekan bursa saham hari ini, dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai nyaris 1,7%. 

Hal serupa terjadi di pasar obligasi. Investor juga masih melakukan aksi jual, terutama investor asing. Kepemilikan asing di SBN terlihat semakin berkurang. 

Surat Utang Pemerintah Kembali Tak Laku, Ini SebabnyaDJPPR Kemenkeu
 
Tekanan jual di pasar SBN membuat harga instrumen ini turun, dan imbal hasil (yield) bergerak ke atas. Saat ini, yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,977%. Naik dari sehari sebelumnya yaitu 6,964%. Jika tekanan di pasar SBN berlanjut, bukan tidak mungkin yield akan menembus 7% seperti pekan lalu. 

Surat Utang Pemerintah Kembali Tak Laku, Ini SebabnyaYield SBN 10 tahun (Reuters)

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular