
Dolar Nyaris Rp 14.000, Apakah Sudah Berpengaruh ke Inflasi?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 May 2018 13:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melihat penguatan dolar AS yang nyaris menembus level Rp 14.000/US$ belum terlalu memberikan dampak terhadap pergerakan inflasi.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengaku telah mengkalkulasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap seluruh Indeks Harga Konsumen (IHK). Dampaknya saat ini, masih begitu rendah.
"Kami sudah menghitung keterkaitan nilai tukar [terhadap inflasi], tapi masih kecil pengaruhnya," kata Yunita dalam konferensi pers di gedung BPS, Rabu (2/5/2018).
Yunita mengakui, pelemahan nilai tukar akan memengaruhi harga produk-produk pangan yang memiliki bahan baku impor. Namun sejauh ini, belum ada dampak yang cukup signifikan.
"Kalau bahan makanan, produk [bahan baku impor] terigu, kedelai, gandum. Terigu, kaitannya dengan produk mie atau roti. Ini yang harus diwaspadai," jelasnya.
Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono mengatakan, banjirnya ketersediaan barang, terutama yang berbahan baku impor menjadi penyebab dampak penguatan dolar AS belum terlalu terasa.
"Kita masih impor itu bawang putih, kedelai, beras. Tapi kalau ada stoknya, tidak akan ada impor. Tetapi ini mau puasa, pasti sudah ada pesanan kurma. Kembali lagi, share-nya kecil sekali," jelasnya.
(dru) Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengaku telah mengkalkulasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap seluruh Indeks Harga Konsumen (IHK). Dampaknya saat ini, masih begitu rendah.
"Kami sudah menghitung keterkaitan nilai tukar [terhadap inflasi], tapi masih kecil pengaruhnya," kata Yunita dalam konferensi pers di gedung BPS, Rabu (2/5/2018).
"Kalau bahan makanan, produk [bahan baku impor] terigu, kedelai, gandum. Terigu, kaitannya dengan produk mie atau roti. Ini yang harus diwaspadai," jelasnya.
Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono mengatakan, banjirnya ketersediaan barang, terutama yang berbahan baku impor menjadi penyebab dampak penguatan dolar AS belum terlalu terasa.
"Kita masih impor itu bawang putih, kedelai, beras. Tapi kalau ada stoknya, tidak akan ada impor. Tetapi ini mau puasa, pasti sudah ada pesanan kurma. Kembali lagi, share-nya kecil sekali," jelasnya.
(dru) Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$
Most Popular