
LQ45 Memerah, Hanya Dua Saham yang Tak Terkoreksi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 April 2018 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 3,01% sampai saat ini ke level 5.896,8. Aksi jual investor investor terkonsentrasi pada emiten-emiten yang berkapitalisasi pasar besar.
Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 3,51%, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Dari 45 saham yang menjadi anggota indeks bergengsi tersebut, sebanyak 43 tercatat mengalami koreksi. Hanya saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Hanson International Tbk (MYRX) yang bisa bertahan diluar zona merah.
Saham TPIA tercatat tidak berubah di level Rp 6.300/saham, sementara saham MYRX juga tak berubah di level Rp 138/saham.
Berikut deretan saham-saham anggota indeks LQ45 yang melemah paling signifikan: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-10,39%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-8,04%), PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (-7,22%), PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (-6,57%), dan PT PP Persero Tbk/PTPP (-6,42%).
Koreksi saham-saham dengan kapitalisasi jumbo pada hari ini dipicu oleh mengecewakannya laporan keuangan dari emiten perbankan dan barang konsumsi. Sepanjang kuartal-I 2018, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar yang sebesar Rp 5,6 triliun.
BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari konsensus yang yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 3,66 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 3,91 triliun.
Laba bersih UNVR anjlok hingga 6,21% pada kuartal-I 2018 menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih pada kuartal I-2018 tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar Rp 2,03 triliun.
Buruknya kinerja keuangan dari emiten perbankan dan barang konsumsi tentu bukan berita baik bagi ekonomi Indonesia dan pasar saham secara keseluruhan. Ketika emiten perbankan dan barang konsumsi mencatatkan kinerja yang mengecewakan, sulit bagi ekonomi dan emiten-emiten sektor lainnya untuk mencatatkan kinerja yang menggembirakan.
Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang, sementara laporan keuangan kuartal-I akan terus dirilis dalam beberapa waktu ke depan oleh para emiten.
(ank/ank) Next Article Mau Cuan? Saham BBTN, BBRI, dan BMRI Bisa Dipertimbangkan
Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 3,51%, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Dari 45 saham yang menjadi anggota indeks bergengsi tersebut, sebanyak 43 tercatat mengalami koreksi. Hanya saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Hanson International Tbk (MYRX) yang bisa bertahan diluar zona merah.
Berikut deretan saham-saham anggota indeks LQ45 yang melemah paling signifikan: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-10,39%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-8,04%), PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (-7,22%), PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (-6,57%), dan PT PP Persero Tbk/PTPP (-6,42%).
Koreksi saham-saham dengan kapitalisasi jumbo pada hari ini dipicu oleh mengecewakannya laporan keuangan dari emiten perbankan dan barang konsumsi. Sepanjang kuartal-I 2018, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar yang sebesar Rp 5,6 triliun.
BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari konsensus yang yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 3,66 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 3,91 triliun.
Laba bersih UNVR anjlok hingga 6,21% pada kuartal-I 2018 menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih pada kuartal I-2018 tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar Rp 2,03 triliun.
Buruknya kinerja keuangan dari emiten perbankan dan barang konsumsi tentu bukan berita baik bagi ekonomi Indonesia dan pasar saham secara keseluruhan. Ketika emiten perbankan dan barang konsumsi mencatatkan kinerja yang mengecewakan, sulit bagi ekonomi dan emiten-emiten sektor lainnya untuk mencatatkan kinerja yang menggembirakan.
Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang, sementara laporan keuangan kuartal-I akan terus dirilis dalam beberapa waktu ke depan oleh para emiten.
(ank/ank) Next Article Mau Cuan? Saham BBTN, BBRI, dan BMRI Bisa Dipertimbangkan
Most Popular