Investor Cemas Suku Bunga AS Naik, Wall Street Ditutup Anjlok

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 April 2018 06:14
Indeks-indeks acuan di Wall Street ditutup melemah lebih dari 1% pada perdagangan hari Selasa (24/4/2018).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Wall Street berjatuhan pada perdagangan hari Selasa (24/4/2018) karena investor mengkhawatirkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan juga bereaksi atas pernyataan perusahaan alat berat Caterpillar yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi mungkin saja melambat tahun ini.

Dow Jones Industrial Average ditutup lebih rendah 1,74% di level 24.024,13 setelah sebelumnya sempat menguat 131 poin di awal perdagangan. Indeks beranggotakan 30 saham ini anjlok 751,21 poin dari titik tertingginya pada perdagangan hari Selasa, dilansir dari CNBC International.


Indeks S&P 500 turun 1,3% menjadi 2.634,56. Sementara itu, Nasdaq Composite melemah 1,7% ke 7.007,35 karena saham-saham Facebook, Amazon, Alphabet, dan Netflix terperosok lebih dari 3,5%.

"Para investor memiliki harapan tinggi terhadap kinerja keuangan [perusahaan]," kata Kate Warne, seorang investment strategist di Edward Jones. "Di saat yang sama, banyak orang bertanya: Apakah ini akan menjadi lebih baik ke depannya?"

"Saya kira itulah kenapa kita melihat perubahan seperti ini terjadi di pasar," ujarnya.

Caterpillar mengumumkan laba dan pendapatan yang melampaui perkiraan analis dan pada awalnya mampu membawa sahamnnya melejit lebih tinggi. Namun, saham raksasa industri ini kemudian berbalik arah dan anjlok 6,2%. CFO Caterpillar Bradley Halverson dalam conference call-nya mengatakan proyeksi perusahaan mengasumsikan kuartal pertama ini akan menjadi patokan yang tinggi untuk keseluruhan tahun ini.

Perusahaan pembuat alat-alat konstruksi ini adalah barometer kondisi perekonomian dan pasar secara keseluruhan. Saham Caterpillar memiliki korelasi sebesar 0,81 dengan indeks Dow Jones dalam enam bulan terakhir, menurut Kensho. Korelasi 1 berarti keduanya bergerak beriringan satu sama lain.

3M melaporkan laba kuartalan yang sesuai perkiraan analis namun sahamnya turun tajam 6,83%. Alphabet juga berhasil melampaui perkiraan pasar namun sahamnya melemah lebih dari 4,5%.

"Pasar mendapatkan nada yang berbeda antara laporan keuangan dan apa yang disampaikan dalam conference call [pengumuman kinerja]," kata Art Hogan, chief market strategist di B. Riley FBR. "Ketika perusahaan-perusahaan ditanya mengenai apa yang mereka cemaskan, mereka mengatakan biaya yang meningkat dari suku bunga yang lebih tinggi atau harga komoditas. Itu terjadi tanpa adanya keuntungan ekonomi."

Sementara itu, investor juga mengamati pergerakan pasar obligasi yang mencatat yield obligasi negara AS bertenor 10 tahun yang menyentuh level tertingginya sejak Januari 2014. Imbal hasil tersebut menembus level psikologis 3% pada hari Selasa untuk kali pertama dalam lebih dari empat tahun.


Para investor cemas kenaikan suku bunga akan memperlambat perekonomian dan memukul kemampuan perusahaan membeli kembali saham mereka. Investor ramai-ramai menjual obligasi negaranya bulan ini dan menyebabkan yield naik di tengah ekspektasi kenaikan inflasi yang dapat mendorong bank sentral AS, Federal Reserve/ The Fed, mengetatkan kebijakan moneternya lebih cepat.
(prm/prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular