
Harga Batu Bara Dibatasi, EBITDA Adaro Turun Jadi Rp 17,55 T
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
23 April 2018 15:59

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merevisi besaran EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi 2018 menjadi US$ 1,1-1,3 miliar atau setara Rp 14,85 triliun - Rp 17,55 triliun. Penyebabnya, regulasi penetapan harga batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sebelumnya, manajemen Adaro menargetkan EBITDA tahun ini US$ 1,3-1,5 miliar. umber Daya Mineral (ESDM). "Tentunya dengan penetapan harga itu akan ada impact negatif atas EBITDA, makanya dalam kesempatan ini kami merevisi target EBITDA kami ke US$ 1,1-1,3 miliar," kata Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Adaro di Hotel Raffles, Senin (23/4/2018).
Pria yang akrab disapa Boy itu mengatakan Adaro selama 5 tahun terakhir memang fokus melakukan efisiensi. Sebab, pergerakan harga batu bara baik untuk ekspor dan dalam negeri utamanya berada di luar kontrol perusahaan atau dipengaruhi pasar. "Menurut hemat kami, seberapa pun cost yang bisa diefisienkan, itu profit," ujar Boy.
Boy melihat regulasi penetapan harga batu bara untuk kepentingan lebih besar yakni menekan harga listrik. Oleh sebab itu, Boy mengaku mendukung dan mengikuti semua keputusan Pemerintah. "Karena memang kami itu contractor to government. Untuk itu, kami manut terhadap keputusan Pemerintah," tambah Boy.
Selain itu, untuk meninimalisir manajemen risiko, Boy mengaku menyebar bisnis perusahaan seperti keberadaan pasar dalam negeri lain, misal industri semen. Selain itu, ekspor batu bara juga dilakukan tak hanya ke satu negara.
"Dengan kombinasi bagaimana kami me-manage cost dan dengan tidak tergantung ke satu pasar, itu yang membuat Adaro lebih solid. Bisa dilihat performa di 2017, Alhamdulillah kami bukukan pendapatan terbaik dalam sejarah Adaro," tutur Boy.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Sebelumnya, manajemen Adaro menargetkan EBITDA tahun ini US$ 1,3-1,5 miliar. umber Daya Mineral (ESDM). "Tentunya dengan penetapan harga itu akan ada impact negatif atas EBITDA, makanya dalam kesempatan ini kami merevisi target EBITDA kami ke US$ 1,1-1,3 miliar," kata Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Adaro di Hotel Raffles, Senin (23/4/2018).
Selain itu, untuk meninimalisir manajemen risiko, Boy mengaku menyebar bisnis perusahaan seperti keberadaan pasar dalam negeri lain, misal industri semen. Selain itu, ekspor batu bara juga dilakukan tak hanya ke satu negara.
"Dengan kombinasi bagaimana kami me-manage cost dan dengan tidak tergantung ke satu pasar, itu yang membuat Adaro lebih solid. Bisa dilihat performa di 2017, Alhamdulillah kami bukukan pendapatan terbaik dalam sejarah Adaro," tutur Boy.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular