Melemah 0,47%, IHSG Anjlok Paling Dalam Di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 April 2018 10:07
Jika dibandingkan dengan pergerakan bursa saham kawasan regional, kinerja IHSG merupakan yang terburuk.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka naik tipis 0,02%, Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) berangsur-angsur turun. Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG melemah 0,47% ke level 6.326,05. J

ika dibandingkan dengan pergerakan bursa saham kawasan regional, kinerja IHSG merupakan yang terburuk: indeks Nikkei naik 0,23%, indeks Shanghai turun 0,45%, indeks Hang Seng naik 0,08%, indeks Strait Times turun 0,17%, indeks Kospi turun 0,19%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,21%.

Dari sisi eksternal, sentimen memang kurang mendukung bursa saham Benua Kuning untuk menguat. Kini, Kementerian keuangan AS sedang mempertimbangkan penggunaan undang-undang darurat (emergency law) untuk membatasi investasi asal China pada sektor teknologi yang sensitif di AS.

Hal ini diungkapkan oleh Heath tarbert, salah seorang pegawai di kementerian tersebut. Seperti dengan pengenaan bea masuk bagi senilai US$ 60 miliar barang impor asal China yang diumumkan pada 22 Maret lalu waktu setempat, langkah ini dimaksudkan untuk menghukum China atas praktek bisnisnya yang dituding melanggar hak kekayaan intelektual dari korporasi asal AS.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump memang sudah meminta Menteri Keuangan Steve Mnuchin untuk mempertimbangkan larangan investasi bagi perusahaan asal China pasca hasil penyelidikan terhadap praktek kekayaan intelektual China dirilis pada bulan lalu.

Kemudian, positifnya kinerja keuangan dari korporasi-korporasi yang melantai di Wall Street terbukti telah kembali memantik ketakutan atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan.

Mengutip Thomson Reuters, sebanyak 77% dari perusahaan anggota indeks S&P 500 yang telah mengumumkan kinerja keuangan sampai dengan Kamis pagi waktu setempat (19/4/2018) mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Merespons hal tersebut, imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level 2,921%, titik tertinggi sejak 21 Februari silam. Akibatnya, terdapat potensi kaburnya dana dari pasar modal Indonesia ke AS dikarenakan imbal hasil obligasinya yang sudah menarik

Terlebih, Bank Indonesia terus saja menahan suku bunga acuan di level 4,25%, tak seperti tak beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan China yang sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya.
(ank/ank) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular