
China Balas AS, Indeks Shanghai Berbalik Negatif
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2018 11:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai yang merupakan indeks acuan bursa saham China kini terkoreksi 0,37%, pasca dibuka menguat sebesar 0,82%.
Pada pagi hari tadi, sentimen geopolitik yang kondusif berhasil mengangkat kinerja bursa saham Negeri Panda tersebut. Sentimen yang dimaksud adalah kabar Korea Selatan dan utara yang tengah melakukan diskusi untuk mengumumkan secara resmi berakhirnya perang antar kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 1953 silam. Diskusi ini terjadi menjelang konferensi antar kedua negara yang akan digelar pekan depan.
Kini, pelaku pasar mulai menimbang dampak dari bea masuk senilai 179% atas ekspor sorgum asal AS. Sorgum merupakan bahan baku dari minuman keras yang sangat popular di China. Sepanjang tahun lalu, ekspor sorgum AS ke China mencapai hampir US$ 1 miliar. Asal tahu saja, China merupakan pembeli terbesar atas sorgum asal AS. Kebijakan yang diumumkan kemarin (17/4/2018) telah resmi diberlakukan mulai hari ini.
Selain itu, kekhawatiran pelaku pasar juga muncul pasca Presiden AS Trump memposting sebuah twit yang isinya menegaskan keengganannya untuk bergabung kembali dalam negosiasi blok dagang Trans-Pacific Partnership (TPP). Padahal, kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke AS yang kini tengah berlangsung diharapkan dapat membujuk Trump untuk kembali bergabung.
"Sementara Jepang dan Korea Selatan menginginkan kita (AS) untuk kembali ke TPP, saya tak menyukai kesepakatan tersebut untuk AS. Terlalu banyak kemungkinan dan mustahil untuk keluar (dari TPP) jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungkan, dan lebih baik bagi pekerja kita. Lihatlah betapa buruknya WTO kepada AS", cuit Trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump yang diposting 1 jam yang lalu.
Kemudian, pelaku pasar juga mencermati langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang secara mengejutkan melonggarkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM). Tingkat GWM diturunkan sebanyak 100bps dan mulai efektif per 25 April 2018. Pelonggaran GWM ini diharapkan akan membantu perbankan memiliki sumber likuiditas lebih banyak untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat saat ini China mengandalkan konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak perekonomiannya.
Namun, kebijakan ini justru bertentangan dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 5bps yang diambil pada bulan lalu. Investor kini dibuat bingung dengan kedua kebijakan yang kontradiktif tersebut.
(ank/ank) Next Article IHSG Libur, Bursa Saham Asia "Pesta Pora" Ikuti Wall Street
Pada pagi hari tadi, sentimen geopolitik yang kondusif berhasil mengangkat kinerja bursa saham Negeri Panda tersebut. Sentimen yang dimaksud adalah kabar Korea Selatan dan utara yang tengah melakukan diskusi untuk mengumumkan secara resmi berakhirnya perang antar kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 1953 silam. Diskusi ini terjadi menjelang konferensi antar kedua negara yang akan digelar pekan depan.
Kini, pelaku pasar mulai menimbang dampak dari bea masuk senilai 179% atas ekspor sorgum asal AS. Sorgum merupakan bahan baku dari minuman keras yang sangat popular di China. Sepanjang tahun lalu, ekspor sorgum AS ke China mencapai hampir US$ 1 miliar. Asal tahu saja, China merupakan pembeli terbesar atas sorgum asal AS. Kebijakan yang diumumkan kemarin (17/4/2018) telah resmi diberlakukan mulai hari ini.
"Sementara Jepang dan Korea Selatan menginginkan kita (AS) untuk kembali ke TPP, saya tak menyukai kesepakatan tersebut untuk AS. Terlalu banyak kemungkinan dan mustahil untuk keluar (dari TPP) jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Perjanjian bilateral jauh lebih efisien, menguntungkan, dan lebih baik bagi pekerja kita. Lihatlah betapa buruknya WTO kepada AS", cuit Trump dalam akun Twitter @realDonaldTrump yang diposting 1 jam yang lalu.
Kemudian, pelaku pasar juga mencermati langkah People's Bank of China (PBoC) selaku bank sentral China yang secara mengejutkan melonggarkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM). Tingkat GWM diturunkan sebanyak 100bps dan mulai efektif per 25 April 2018. Pelonggaran GWM ini diharapkan akan membantu perbankan memiliki sumber likuiditas lebih banyak untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, mengingat saat ini China mengandalkan konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak perekonomiannya.
Namun, kebijakan ini justru bertentangan dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 5bps yang diambil pada bulan lalu. Investor kini dibuat bingung dengan kedua kebijakan yang kontradiktif tersebut.
(ank/ank) Next Article IHSG Libur, Bursa Saham Asia "Pesta Pora" Ikuti Wall Street
Most Popular