Isu Perang Dagang Kembali Panas, IHSG Masih Bisa Naik 0,12%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2018 12:20
 Penguatan IHSG terjadi ditengah bursa saham regional yang diperdagangkan bervariasi.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,12% pada akhir sesi 1 ke level 6.293,96. Penguatan IHSG terjadi ditengah bursa saham regional yang diperdagangkan bervariasi.

Indeks Nikkei 225 naik 0,04%, indeks Shanghai turun 0,35%, indeks Hang Seng naik 0,02%, indeks Strait Times naik 0,23%, indeks Kospi turun 0,22%, indeks SET (Thailand) turun 0,09%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,14%.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG sampai akhir sesi 1 diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,12%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+3,58%), PT Astra International Tbk/ASII (+0,66%), PT Eagle High Plantations Tbk/BWPT (+17,9%), dan Bentoel Internasional Investama Tbk/RMBA (+9,68%).

Laju bursa saham regional dihantui oleh kembali memanasnya isu perang dagang. AS kini tengah mempertimbangkan sanksi baru bagi China guna membalas kebijakan mereka yang merugikan perusahaan-perusahaan teknologi asal AS yang berinvestasi disana.

Seperti dikutip dari CNBC, perusahaan cloud-computing seperti Amazon dan Microsoft dipaksa untuk berkolaborasi dengan perusahaan China dan memberikan lisensi atas kekayaan intelektual yang dimiliki kepada mitranya tersebut. Menurut U.S. Trade Representative (USTR), langkah dari China tersebut telah mencegah perusahaan-perusahaan asal AS untuk beroperasi secara independen.

Rencana pengenaan sanksi baru tersebut lantas membuka lembaran baru atas panasnya hubungan kedua negara, pasca AS sebelumnya memberlakukan kebijakan bea masuk atas baja dan aluminium asal china, serta bea masuk atas produk-produk berteknologi tinggi.

Dari dalam negeri, neraca perdagangan bulan Maret yang secara mengejutkan mencatatkan surplus senilai US$ 1,09 miliar masih memberikan optimisme bagi pelaku pasar untuk berbelanja di pasar saham. Apalagi, IHSG telah terkoreksi sebesar 1,08% sepanjang tahun 2018 (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, 16/4/2018), sehingga ruang akumulasi menjadi terbuka lebar.

Sepanjang bulan lalu, ekspor tercatat tumbuh sebesar 6,14% YoY, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni pertumbuhan sebesar 0,8% YoY. Sementara itu, impor tercatat hanya tumbuh sebesar 9,07% YoY, lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang sebesar 11,6% YoY.

Surplus pada bulan Maret lantas mengakhiri rentetan defisit yang sudah terjadi sepanjang 3 bulan sebelumnya (Desember 2017-Februari 2018).

Dalam kondisi rupiah yang masih berada dalam tekanan seperti saat ini, surplus neraca perdagangan sudah menjadi kejutan yang dinantikan oleh investor. Pasalnya, surplus neraca perdagangan dapat mengurangi tekanan terhadap rupiah akibat adanya aliran devisa yang masuk ke dalam negeri. Benar saja, rupiah saat ini menguat 0,01% ke level Rp 13.771/dolar AS di pasar spot.

Selain itu, kuatnya realisasi APBN juga memberikan suntikan energi bagi IHSG. Dalam tiga bulan pertama 2018, penerimaan negara dari perpajakan mencapai Rp 262,4 triliun, atau naik 16,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tanpa memperhitungkan pengampunan pajak atau tax amnesty.

Defisit keseimbangan primer juga mengalami perbaikan. Pada kuartal I-2018, defisit keseimbangan primer APBN adalah Rp 17,3 triliun. Sementara dalam periode yang sama tahun sebelumnya adalah Rp 38,7 triliun. Pada kuartal I-2016 kondisinya lebih parah lagi, dengan defisit mencapai Rp 90,4 triliun.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular