Suriah Membara, IHSG Anjlok 0,79%

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2018 16:43
Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan regional yang juga mengakhiri hari di zona merah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,79% ke level 6.310,8 poin. Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan regional yang juga mengakhiri hari di zona merah.

Indeks Nikkei turun 0,12%, indeks Shanghai koreksi 0,87%, indeks Hang Seng melemah 0,21%, indeks Strait Times merosot 0,32%, dan indeks Kospi turun 0,06%.

Transaksi berlangsung sepi yakni senilai Rp 6,32 triliun dengan volume sebanyak 8,48 miliar saham. Frekuensi transaksi adalah sebanyak 390.558 kali.

Sebanyak 219 saham ditutup melemah, 143 saham menguat, sementara 213 lainnya tak mencatatkan perubahan harga.

Sektor barang konsumsi menjadi pemberat laju bursa saham domestik pada hari ini. Sektor tersebut terkoreksi sebesar 0,88% dan berkontribusi sebesar 11,6 poin dari koreksi IHSG yang sebesar 50,1 poin.

Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkoreksi pada hari ini diantaranya: PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-2,17%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,38%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,1%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,6%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,39%).

Sepanjang bulan April (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, 11/4/2018), sektor barang konsumsi telah memberikan imbal hasil sebesar 3,16%. Lantas, sentimen negatif yang datang dari sisi eksternal pada saat ini mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung.

Selain sektor barang konsumsi, sektor jasa keuangan (-0,51%) juga berkontribusi bagi pelemahan IHSG yaitu sebesar 9,4 poin. Penurunan sektor ini dipicu oleh aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 1,64%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,75%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 0,31%.

Usai isu perang dagang mereda, kini justru isu perang sungguhan yang mencuat. Adalah kembali memanasnya hubungan AS dengan Suriah berikut dengan sekutunya yaitu Rusia dan Iran.

Pada akhir pekan lalu, terjadi serangan gas beracun di Douma, sebuah kota di Suriah yang dikuasai oleh pemberontak. Setidaknya sebanyak 60 orang dinyatakan tewas dan lebih dari 1.000 orang lainnya terluka. Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Pasalnya, serangan macam ini bukan kali pertama yang terjadi dibawah pimpinannya.

AS dan beberapa negara sekutunya lantas mempertimbangkan opsi untuk menyerang Suriah sebagai aksi balasan terhadap Presiden Bashar. Namun, Rusia memperkeruh suasana dengan mengancam menembak hancur semua rudal AS yang mengarah ke Suriah.

Presiden AS Donald Trump pun seakan mengonfirmasi melalui akun Twitter bahwa serangan (rudal) memang akan terjadi. Ia bahkan menyarankan Rusia untuk bersiap-siap.

"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua misil yang diarahkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia. Mereka (misil) akan datang, baru dan 'pintar'. Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang yang membunuh rakyatnya dengan gas dan menikmatinya!" tegas melalui akun Twitter @realDonaldTrump kemarin (11/4/2018) pukul 17:57 WIB.

Tak cukup sampai disitu, Trump yang nampaknya sedang panas lanjut mengungkapkan bahwa hubungan AS dengan Rusia saat ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah, bahkan lebih buruk dari pada saat perang dingin.

Kemudian, rilis risalah rapat bulan lalu atau minutes of meeting oleh the Federal Reserve juga memberikan tekanan bagi bursa saham. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir.

"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.

Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.

Akibat ketidakpastian yang begitu besar terkait hubungan AS dan Rusia, investor asing memilih bermain aman dan melakukan jual bersih sebesar Rp 752,11 miliar. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 154,88 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 117,34 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 115,91 miliar), PT Bank Central Asia/TBK (Rp 85,34 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 72,88 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular