
Astra Siapkan Capex Rp 2 T Tahun Ini di Bisnis Sawit
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
10 April 2018 16:26

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/ capex) tahun ini di kisaran Rp 1,8 - 2 triliun.
Jumlah tersebut mayoritas digunakan untuk peremajaan kebun sawit inti serta kemitraan dengan petani swadaya, sementara sisanya digunakan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) baru dan diversifikasi bisnis sapi.
"Rata-rata usia tanaman sekarang 15 tahun, itu sudah usia puncak. Bahkan ada yang umurnya 24 tahun. Itulah kenapa capex terbesar digunakan untuk tanaman yang belum menghasilkan, sekitar 20.000 hektar," ujar Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk Santosa di Hotel Indonesia Kempinski, Selasa (10/4/2018).
Santosa menjelaskan, luas lahan sawit yang perlu dilakukan peremajaan (replanting) mencapai 8.000 ha, terdiri dari lahan inti Perseroan seluas 5.000 ha dan lahan petani seluas 3.000 ha.
Total lahan perusahaan saat ini mencapai 290.000 ha, terdiri atas 230.000 ha lahan inti dan 60.000 ha kebun plasma. Sementara itu, pihaknya juga mengumumkan pembangunan pabrik kelapa sawit baru senilai Rp 250 miliar di Kalimantan Selatan yang rencananya mulai beroperasi pada Januari 2019 dengan kapasitas produksi 45 ton/jam.
"Pabrik itu pasti menyerap buah sawit dari kebun inti dan kebun masyarakat [swadaya]. Kalau ini sudah beroperasi, total kapasitas produksi kami akan sekitar 1.560-1.600 ton per jam," kata Santosa.
Terkait bisnis penggemukan dan pembibitan sapi, Santosa menjelaskan populasi sapi yang dimiliki AALI hingga akhir Maret mencapai 9.000 ekor. Bisnis embrio ini sudah berjalan sekitar dua tahun dan Santosa berharap dapat dilakukan percepatan bisnis dalam waktu dekat.
"Kita mulai dengan mengimpor lebih dari 11.000 ekor. Tahun lalu kita jual sekitar 4.000 ekor yang hasil penggemukan, mayoritas masih ke Kalimantan. Sekarang ada sekitar 700 ekor yang dikembangbiakkan di sini. Untuk yang pembibitan mestinya tahun depan sudah siap jual. Kontribusinya masih kecil sekali ke perusahaan, tapi ini bisnis embrio, harus dimulai dari sekarang," jelas Santosa.
(ray/ray) Next Article Ukur Dampak Diskriminasi Sawit RI oleh UE Pada Kinerja AALI
Jumlah tersebut mayoritas digunakan untuk peremajaan kebun sawit inti serta kemitraan dengan petani swadaya, sementara sisanya digunakan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) baru dan diversifikasi bisnis sapi.
"Rata-rata usia tanaman sekarang 15 tahun, itu sudah usia puncak. Bahkan ada yang umurnya 24 tahun. Itulah kenapa capex terbesar digunakan untuk tanaman yang belum menghasilkan, sekitar 20.000 hektar," ujar Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk Santosa di Hotel Indonesia Kempinski, Selasa (10/4/2018).
Santosa menjelaskan, luas lahan sawit yang perlu dilakukan peremajaan (replanting) mencapai 8.000 ha, terdiri dari lahan inti Perseroan seluas 5.000 ha dan lahan petani seluas 3.000 ha.
Total lahan perusahaan saat ini mencapai 290.000 ha, terdiri atas 230.000 ha lahan inti dan 60.000 ha kebun plasma. Sementara itu, pihaknya juga mengumumkan pembangunan pabrik kelapa sawit baru senilai Rp 250 miliar di Kalimantan Selatan yang rencananya mulai beroperasi pada Januari 2019 dengan kapasitas produksi 45 ton/jam.
"Pabrik itu pasti menyerap buah sawit dari kebun inti dan kebun masyarakat [swadaya]. Kalau ini sudah beroperasi, total kapasitas produksi kami akan sekitar 1.560-1.600 ton per jam," kata Santosa.
Terkait bisnis penggemukan dan pembibitan sapi, Santosa menjelaskan populasi sapi yang dimiliki AALI hingga akhir Maret mencapai 9.000 ekor. Bisnis embrio ini sudah berjalan sekitar dua tahun dan Santosa berharap dapat dilakukan percepatan bisnis dalam waktu dekat.
"Kita mulai dengan mengimpor lebih dari 11.000 ekor. Tahun lalu kita jual sekitar 4.000 ekor yang hasil penggemukan, mayoritas masih ke Kalimantan. Sekarang ada sekitar 700 ekor yang dikembangbiakkan di sini. Untuk yang pembibitan mestinya tahun depan sudah siap jual. Kontribusinya masih kecil sekali ke perusahaan, tapi ini bisnis embrio, harus dimulai dari sekarang," jelas Santosa.
(ray/ray) Next Article Ukur Dampak Diskriminasi Sawit RI oleh UE Pada Kinerja AALI
Most Popular