Nantikan Pidato Xi Jinping, Strait Times Dibuka Turun 0,32%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2018 08:29
Pada perdagangan hari ini, indeks Strait Times dibuka melemah 0,32% ke level 3.438,75 poin.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Strait Times menyusul bursa saham Asia lainnya yang sudah lebih dulu dibuka di zona merah. Pada perdagangan hari ini, indeks Strait Times dibuka melemah 0,32% ke level 3.438,75 poin.

Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura ini, sebanyak 21 diantaranya ditransaksikan melemah, 5 saham menguat, sementara 4 lainnya tak mencatatkan perubahan harga. Pelemahan terbesar terjadi pada saham Jardine Cycle & Carriage Ltd yang melemah 1,94% menjadi SG$ 34,81, disusul saham Singapore Airlines di posisi 2 yang turun 1,62% ke level SG$ 10,91.

Pada hari ini, tak ada rilis data ekonomi yang dijadwalkan untuk dirilis oleh pemerintah Singapura. Kemarin sore, data cadangan devisa per akhir Maret diumumkan di level US$ 286,96 miliar, naik dari posisi akhir Februari yang sebesar US$ 282,78 miliar.

Beberapa sentimen eksternal masih menyita perhatian pelaku pasar pada hari ini. Pertama, Presiden China Xi Jinping dijadwalkan untuk memberikan pidato dalam Baoao Forum. Sebagai seorang pimpinan negara yang terus 'diserang' secara bertubi-tubi oleh Amerika Serikat (AS), Xi Jinping dapat dikatakan sangat pendiam.

Berbeda dengan Trump yang banyak sekali memberikan pernyataan terkait hubungan dagang kedua negara yang kian memanas, Xi nampak lebih menyerahkan hal ini kepada para pembantunya.

Lantas, Boao Forum menjadi kesempatan pertama bagi Xi untuk mengeluarkan isi pikirannya terkait isu perang dagang antar dua raksasa ekonmi dunia tersebut. Pelaku pasar akan memperhatikan dengan seksama pidato dari Xi. Jika nada lunak yang terlontar darinya, maka, maka bursa saham akan mendapat suntikan energi.

Sebaliknya bila Xi ikut panas, investor bisa kembali dipaksa angkat kaki dari instrumen-instrumen beresiko dan mengalihkannya ke instrumen safe haven.

Sebelumnya, Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan AS sepenuhnya bersalah atas friksi dagang yang terjadi saat ini. Geng bahkan menegaskan dalam kondisi sekarang tidak mungkin melakukan negosiasi.

"Dalam situasi yang sekarang, kedua pihak semakin tidak bisa bernegosiasi. AS mengancam menerapkan sanksi, tetapi di saat yang sama mereka juga ingin berdialog. Saya tidak mengerti maksud mereka. Ini semua murni terjadi karena provokasi AS," tegas Geng, mengutip Reuters.

Kedua, investor pasar akan memperhatikan perkembangan dari penggeledahan FBI di kantor pengacara Trump, Michael Cohen. Penggeledahan ini datang atas petunjuk dari Special Counsel, Robert Mueller.

Hal yang tengah diselidiki adalah ketelibatan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016 yang dimenangkan oleh Trump. Meski dari penggeledahan tersebut FBI tidak memperoleh apapun, namun ketidakpastian bagi pelaku pasar kini bertambah lagi.

Sejak terpilih sebagai presiden pada akhir 2016 silam, Trump memang sering dikaitkan dengan Rusia. Bahkan, Kementerian Keuangan AS telah memberikan sanksi bagi individu dan entitas asal Rusia yang diduga ikut campur tangan dalam pemilihan presiden.

Jika perkembangan dari kasus ini ternyata menunjukkan bahwa Trump memang berkolusi dengan Rusia, pemakzulan pun menjadi hal yang mungkin terjadi.
(hps) Next Article Wall Street Koreksi, Strait Times Dibuka Turun Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular