Kurs JISDOR : Rupiah Tak Bergerak Lawan Dolar AS di Rp 13.771

Herdaru Purnomo & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2018 10:05
Kurs rupiah terhadap dolar AS dalam perdagangan antar bank masih di posisi yang sama dari penutupan akhir pekan lalu.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar AS dalam perdagangan antar bank masih di posisi yang sama dari penutupan akhir pekan lalu.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (9/4/2018) tercatat Rp 13.771/US$ sementara pada hari sebelumnya, akhir pekan lalu (6/4/2018) nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS tercatat Rp 13.771/US$.

JISDOR adalah kurs referensi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia.

Berikut pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepekan kemarin :
  • 6 April 2018 : Rp 13.771/US$
  • 5 April 2018 : Rp 13.771/US$
  • 4 April 2018 : Rp 13.767/US$
  • 3 April 2018 : Rp 13.765/US$
  • 2 April 2018 : Rp 13.750/US$
Dolar AS memang bergerak mendatar terhadap rupiah. Mengutip Reuters, rupiah berpotensi bergerak melemah ke Rp 13.780/US$ pada perdagangan hari ini.

Di pasar spot, rupiah dibuka menguat 0,07% terhadap dolar AS. Namun seiring perkembangan, rupiah bergerak cenderung melemah meski masih relatif stagnan dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu.

Pergerakan mata uang Asia masih dipengaruhi oleh perkembangan isu perang dagang AS vs China. Pasar masih akan mencermati dinamika isu ini, terutama setiap komentar atau kebijakan baik dari Washington maupun Beijing.

Selain itu, dolar AS juga mulai bergerak menguat setelah investor mencerna pernyataan para petinggi Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Jerome Powell, Gubernur The Fed, menyataan pihaknya akan cenderung memilih jalan kenaikan suku bunga untuk menjaga inflasi tetap pada sasaran 2%.

"Selama ekonomi berjalan dalam ritme seperti sekarang, maka kenaikan suku bunga acuan secara gradual merupakan jalan terbaik. Saya akan memantau perkembangan kenaikan gaji, karena pasar tenaga kerja sepertinya sudah semakin kuat," jelas Powell, seperti dikutip Reuters.

Sebelumnya, Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans, salah satu anggota Dewan Gubernur yang dikenal paling dovish, mengatakan optimistis inflasi AS akan mencapai target 2% sehingga cocok dengan kenaikan suku bunga secara bertahap.



"Kebijakan fiskal telah jauh lebih suportif terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kebutuhan akan kebijakan moneter yang akomodatif lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Kenaikan suku bunga yang bertahap dan perlahan akan sesuai agar kita dapat menuju situasi di mana kebijakan moneter tidak lagi menyediakan dorongan bagi ekonomi," tegas Evans, seperti dikutip dari Reuters.

Komentar bernada hawkish dari Powell dan Evans bisa menimbulkan pembacaan bahwa The Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan tiga kali selama 2018, tetapi kartu kenaikan sampai empat kali masih ada di meja.

Perkembangan ini membuat dolar AS mulai menapak naik setelah pekan lalu tertekan isu perang dagang. Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, menguat 0,09% ke 90,19.

TIM RISET CNBC INDONESIA




(dru) Next Article Rupiah Kembali Melemah, Dolar AS Lompat ke Rp 13.644/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular