
Tertekan Perang Dagang, Rupiah Melemah 0,12% dalam Sepekan

Pada perdagangan 2-6 April 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata adalah Rp 13.763/US$. Secara point to point, rupiah melemah 0,12% sepanjang perdagangan pekan ini.
![]() |
![]() |
Pekan ini, drama perang dagang diawali oleh langkah AS yang mengumumkan daftar 1.300 produk China mulai dari peralatan elektronik sampai kesehatan yang akan dikenakan bea masuk baru. Ini dilakukan demi melindungi hak atas kekayaan intelektual.
Hitungan jam setelah langkah AS, China menggerakkan bidaknya di papan. Pemerintah China mengumumkan 106 produk AS, termasuk kedelai dan kapas, yang akan dikenakan bea masuk baru hingga 25%. Aksi saling balas semakin panas.
Namun, tensi sedikit mereda setelah Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, menolak anggapan perang dagang telah terjadi. Dia menyatakan kedua pihak terus melakukan negosiasi, dan dalam proses tersebut berbagai cara dilakukan.
Kudlow juga menyebut bisa saja langkah AS yang menetapkan bea masuk terhadap 1.300 produk China hanya sebuah upaya negosiasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan untuk tidak diterapkan.
Merespons komentar Kudlow, pasar kembali tenang. Risk appetite muncul, dan rupiah sempat menguat meski relatif terbatas.
Namun kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa langkah China menerapkan bea masuk untuk 106 produk AS sangat menyakitkan. Oleh karena itu, bidak pengenaan bea masuk untuk 1.300 produk China kembali dimajukan.
"Daripada memperbaiki kesalahannya, China telah memilih untuk menyerang petani dan manufaktur kami. Atas dasar pembalasan China yang tidak adil, kami mempertimbangkan apakah tarif tambahan itu layak," tegas Trump.
China pun berang. Kementerian Perdagangan China merilis pernyataan bahwa Negeri Tirai Bambu siap melakukan perang dagang dengan Negeri Adidaya.
"Jika AS mengabaikan perlawanan dari China dan komunitas internasional, serta bersikukuh untuk melanjutkan unilateralisme dan proteksionisme perdagangan, maka China akan menghadapi mereka sampai akhir. Berapa pun harganya," tegas pernyataan Kementerian Perdagangan China.
Menanggapi situasi yang kembali memanas, pasar pun memasang mode risk off. Investor enggan bermain dengan instrumen berisiko dan memilih mengamankan dana di instrumen safe haven seperti emas, yen Jepang, atau franc Swiss.
Rupiah pun kena imbasnya. Pada perdagangan kemarin, investor asing melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 259,12 miliar.
Untuk pekan depan, rupiah sepertinya masih akan mengalami periode yang berat. Isu perang dagang nampaknya masih terus berkembang dinamis dan setiap ada kebijakan atau komentar baru dari kedua pihak pasti akan sangat mempengaruhi pasar.
Diharapkan AS dan China segera berunding untuk menyelesaikan perkara ini. Apalagi Jerome Powell, Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), telah mengingatkan bahwa perang dagang akan memicu inflasi karena mahalnya biaya impor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
