
Review Komoditas
Perang Dagang Memanas, Harga Emas Naik
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 April 2018 12:33

Pada kuartal I-2018 pergerakan harga logam industri tak kompak. Saat nikel dan timah bergerak ke Utara, tembaga dan aluminium mengarah ke Selatan.
Harga tembaga turun 8,37%, gagal mengulang prestasi pada kuartal yang sama tahun lalu yang menguat 5,87%. Sementara itu, aluminium menjadi komoditas logam dengan performa terburuk di kuartal I-2018.
Memasuki 2018, harga tembaga seolah kehabisan bahan bakar setelah menguat 27,14% sepanjang 2017. Pada 28 Desember 2017, harga tembaga bahkan sempat menyentuh level tertinggi sejak Desember 2013, di angka US$3,3085/pound. Sentimen negatif dari memanasnya tensi dagang masih menjadi pemicu utama turunnya harga tembaga. Munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS di awal tahun, yang lantas mengangkat dolar AS, juga membebani harga tembaga. Seperti diketahui, sebagian besar komoditas dunia diperdagangkan dalam dolar AS.
Karenanya, penguatan mata uang Negeri Paman Sam dapat membuat harga komoditas seperti tembaga menjadi mahal sehingga menekan permintaannya. Secara fundamental, stok tembaga di pasar LME tahun ini naik 90% hingga pekan terakhir Maret. Padahal, permintaan dari China cenderung melemah, terindikasi dari melemahnya impor tembaga Negeri Panda pada Januari (-2,2% MtM) dan Februari (-20% MtM).
Namun koreksi si logam merah itu belum seberapa dibandingkan dengan aluminium yang turun 11,85%, berbalik 180 derajat dari reli 15,39% pada kuartal yang sama 2017. Harga aluminium sebenarnya masih positif hingga pertengahan Februari, bahkan menyentuh titik tertinggi tahun ini pada 19 Februari di US$2.264/ton. Tapi setelah itu, harga aluminium terjun bebas hingga ke level US$1.990,75 pada 29 Maret.
Pemicunya adalah perang dagang. Pasalnya, komoditas ini menjadi salah satu produk yang mendapat pembatasan tarif impor oleh AS. Padahal, di saat yang sama China sedang banjir produksi aluminium. Ketidakseimbangan antara suplai-permintaan inilah yang akhirnya menyeret harga aluminium ke kejatuhannya. ***
(ags/ags)
Harga tembaga turun 8,37%, gagal mengulang prestasi pada kuartal yang sama tahun lalu yang menguat 5,87%. Sementara itu, aluminium menjadi komoditas logam dengan performa terburuk di kuartal I-2018.
![]() |
Karenanya, penguatan mata uang Negeri Paman Sam dapat membuat harga komoditas seperti tembaga menjadi mahal sehingga menekan permintaannya. Secara fundamental, stok tembaga di pasar LME tahun ini naik 90% hingga pekan terakhir Maret. Padahal, permintaan dari China cenderung melemah, terindikasi dari melemahnya impor tembaga Negeri Panda pada Januari (-2,2% MtM) dan Februari (-20% MtM).
![]() |
(ags/ags)
Pages
Most Popular