Review Komoditas

Perang Dagang Memanas, Harga Emas Naik

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 April 2018 12:33
KIlau Timah Belum Pudar
Foto: REUTERS/Phil Noble
Dari komoditas logam industri, timah menjadi logam paling berkilau dengan reli 5,27% di 3 bulan terakhir, membalik situasi pada kuartal yang sama tahun lalu dengan koreksi 4,53%. Pemicunya adalah faktor fundamental yakni permintaan yang tinggi, sementara pasokan minim.
Gejolak Saham Angkat Harga Emas, Nikel, dan TImahSumber: Reuters
Defisit pasokan timah terindikasi dari turunnya ekspor timah Indonesia sebesar 36% secara month-to-month (MtM) dan 35% secara YoY ke 4.507 ton pada Januari. Sebagai catatan, Indonesia merupakan salah satu produsen timah terbesar dunia. Pada saat yang sama, cadangan timah di gudang London Metal Exchange (LME) drop 12,6% ke 46.344 ton. Sementara itu, China, sebagai negara konsumen timah terbesar di dunia, diperkirakan masih membukukan permintaan kuat di level 380.000 ton tahun ini.

Permintaan ini terutama datang dari industri elektronik seperti ponsel pintar. Berdasarkan data TrendForce, produksi ponsel pintar tahun ini diperkirakan meningkat 2,8% dari tahun lalu, ke angka 1,5 miliar unit.
Menyusul jejak timah, harga nikel menguat 4,28% atau lebih tinggi dari kenaikan pada kuartal I 2017 sebesar 0,04%. Permintaan komoditas nikel juga masih kuat seiring dengan gencarnya produksi mobil listrik dunia. Nikel adalah salah satu bahan baku utama baterai mobil listrik. Mengutip data EV-Volumes, penjualan mobil listrik global pada 2017 berhasil menembus angka 1 juta untuk pertama kalinya, dengan rekor sebanyak 1,22 juta unit, atau naik 58% dari 2016. Dus, produksi mobil listrik diprediksi mencetak rekor baru lagi hingga 2019. Ini tidak lepas dari subsidi dan insentif di berbagai negara seperti China, negara-negara Skandinavia dan Uni Eropa.
Gejolak Saham Angkat Harga Emas, Nikel, dan TImahSumber: Reuters
Di sisi lain, kekhawatiran defisit pasokan nikel juga menjadi perhatian karena beberapa hal. Pertama, Filipina menutup operasi empat tambang nikel utama dan melarang kegiatan penambangan baru. Padahal Filipina berkontribusi sekitar 27% bagi pasokan nikel global. Kedua, terhentinya aktivitas pertambangan Ambatovy di Madagaskar akibat serangan topan awal Januari lalu. Operasi memang sudah kembali normal pada Februari, tetapi operator tambang yang dimiliki oleh Sumitomo Corp itu menyatakan tingkat produksi akan turun setidaknya hingga semester pertama tahun ini.

Ketiga, Vale sebagai produsen nikel terbesar di dunia akhir tahun lalu mengumumkan akan memangkas produksi hingga 45.000 ton tahun ini, menyusul program perawatan fasilitas pertambangan mereka. Sebagai catatan, harga nikel sebenarnya berada dalam tren bullish sejak awal 2018. Namun memasuki pertengahan Maret, tekanan muncul menyusul keputusan Trump menetapkan tarif impor baru untuk komoditas baja. Adanya potensi penurunan permintaan baja turut membebani harga nikel karena nikel juga merupakan bahan baku baja.


(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular