Harga Minyak Tertekan Penguatan Dolar AS

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 April 2018 09:50
Harga minyak bergerak melemah pada hari ini seiring menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) setelah meredanya tensi dagang.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak global bergerak melemah pada hari ini seiring menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) setelah meredanya tensi dagang. Namun ada peluang harga si emas hitam kembali naik.

Pada Jumat (5/4/2018) pukul 09:09 WIB, harga minyak light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 terkoreksi 0,60% ke US$63,16/barel. Sementara brent kontrak pengiriman Juni 2018 juga turun 0,54% ke US$ 67,96/barel.

Harga Minyak Tertekan Penguatan Dolar AS
Tensi perang dagang antara AS dan China mereda pasca Larry Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) siap bernegosiasi dengan China. Kudlow mengungkapkan rencana pengenaan bea masuk untuk 1.300 produk China yang diumumkan kemarin mungkin hanya merupakan taktik negosiasi. Oleh karena itu, bisa saja bea masuk terhadap produk-produk tersebut tidak jadi diterapkan.

Pernyataan dari Kudlow ini memberi kelegaan bagi pelaku pasar, lantas investor pun beramai-ramai mengalihkan dananya ke instrumen investasi yang lebih berisiko seperti instrumen saham dan mata uang dolar AS. Alhasil, Index Dollar (yang mengukur posisi mata uang Negeri Paman Sam terhadap enam mata uang negara utama) kemarin menguat 0,35% ke 90,46, atau tertinggi sejak 28 Februari.

Kuatnya dolar AS ini mampu menekan harga minyak kareba komoditas ini diperdagangkan dalam mata uang tersebut. Penguatan dolar AS membuat harga minyak menjadi lebih mahal dan berpotensi menekan permintaan minyak.

Namun demikian, harga minyak masih punya harapan untuk bangkit setelah secara mengejutkan data cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam dilaporkan turun secara drastis oleh US Energy Information Administration (EIA). Cadangan minyak mentah AS selama sepekan hingga tanggal 30 Maret tercatat menurun sebesar 4,6 juta barel, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 246.000 barel.

Bahan bakar penguatan lainnya bisa datang dari survei Reuters yang menyatakan produksi OPEC bulan Maret akan menurun ke volume terendah dalam 11 bulan terakhir, didorong oleh turunnya ekspor dari Angola, gangguan produksi di Libya, dan jatuhnya produksi minyak di Venezuela.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Harga Minyak Turun (Lagi)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular