Perang Dagang Memanas, Bursa Asia Bisa Lanjutkan Koreksi

Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
03 April 2018 08:37
Pada pembukaan perdagangan hari ini Bursa Jepang terkoreksi paling dalam. Indeks Nikkei 225 turun 1,28%.
Foto: Reuters/Tyrone Siu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa-bursa utama Asia terserang virus koreksi bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street. Bursa-bursa utama di Asia pada perdagangan hari ini dibuka dimana bursa Jepang langsung mengalami koreksi dalam.

Indeks Nikkei 225 pada perdagangan hari ini dibuka terkoreksi 1,28% ke 21.115,48 poin. Penyebabnya, turunnya harga saham sektor emiten semikonduktor dan elektronik. Saham Screen Holding Co Ltd turun 3,85%, saham TDK Corp turun 3,29% dan saham Furukawa Electric Co Ltd turun 3,15%.

Indeks Hang Seng dibuka terkoreksi 0,6% ke 29.927,88 poin. Pelemahan bursa Hong Kong ini pada awal perdagangan didorong oleh saham emiten teknologi dan properti. Saham AAC Tecnologies Holding Inc turun 4,66%, saham Sunny Optical Grup Co ltd turun 3,45% dan Country Garden Holding Co Ltd turun 2,72%.

Indeks Kospi dibuka turun 0,9%. Saham emiten sektor aneka industri dan elektronik jadi penyebabnya. Saham Inscobee Inc turun 9,24%, saham Korea Green Paper MFG Co Ltd turun 7,21% dan saham Samwha Electric Co Ltd turun 4,76%.

Koreksi bursa Asia pada awal perdagangan har ini merupakan lanjutan dari koreksi kemarin. Pada Senin (2/4/2018), Indeks Nikkei 225 turun 0,31%, SSEC melemah 0,16%, KLCI terkoreksi 0,27%, dan Kospi minus 0,07%. Namun Straits Times berhasil naik 0,08% dan SETi bertambah 0,29%. 

Pelemahan bursa Asia dikarena munculnya risiko perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Mulai kemarin, China secara resmi mengenakan bea masuk baru terhadap 128 barang impor dari AS senilai US$ 3 miliar, termasuk daging babi dan buah-buahan. Langkah ini merupakan balasan atas pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh AS. 

Kemudian, pada pekan ini pemerintahan AS dijadwalkan untuk merilis daftar barang-barang impor asal China senilai US$ 50 miliar yang akan dikenakan bea masuk baru. Rencananya, sasaran dari kebijakan ini adalah barang-barang berteknologi tinggi.  

Selain itu, sentimen negatif bagi bursa regional juga datang dari rilis data ekonomi di Jepang. Indeks manufaktur (survei Tankan) kuartal I-2018 Negeri Sakura tercatat sebesar 24, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 25. Hal ini mengindikasikan terbatasnya ekspansi industri manufaktur besar di Jepang.

Pada hari ini sentimen-sentimen tersebut menghantui bursa Asia.
(roy/roy) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular