
Newsletter
Menanti Reaksi Buat Perry
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 March 2018 06:16

- IHSG ditutup melemah 1,1% pada perdagangan kemarin.
- Bursa utama Asia cenderung berakhir di zona negatif.
- Wall Street kembali terkoreksi, meski terbatas.
IHSG ditutup melemah 1,1% ke 6.140,84 poinpada perdagangan kemarin. Sebanyak 9 sektor saham ditutup turun, dipimpin oleh sektor aneka industri yang anjlok hingga 2,1%.
Sebanyak 126 saham ditransaksikan naik, 252 saham turun, sementara 194 lainnya stagnan. Saham-saham yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG di antaranya BBNI (-5,98%), BMRI (-2,5%), ASII (-2,74%), dan BBRI (-1,39%).
Terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru nampak tidak direspons positif oleh pasar. Sikap Perry yang cenderung pro pertumbuhan ekonomi membuat pasar khawatir margin emiten perbankan akan tertekan karena kebijakan bias dovish di tengah perlambatan ekonomi.
Di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Perry menilai Indonesia harus mengejar tingkat pertumbuhan di atas 6% dalam lima tahun ke depan. Dia berjanji akan menemukan cara untuk memastikan suku bunga rendah bisa ditransmisikan di lapangan secara efektif.
Pelaku pasar nampaknya khawatir bank-bank akan 'dipaksa' untuk menggenjot pertumbuhan kredit. Padahal, situasi ekonomi pada saat ini masih penuh ketidakpastian. Hal ini lantas dapat menjadi senjata makan tuan jika rasio kredit bermasalah kembali meningkat seperti yang terjadi pada 2015 dan 2016.
Dari lima saham bank yang berada dalam kategori BUKU IV, tidak satupun yang mampu menutup hari di zona hijau. BBCA turun 0,53%, BMRI melemah 2,5%, BBNI anjlok 5,98%, BBRI terkoreksi 1,39%, dan BNGA minus 2,08%.
Pelemahan IHSG selaras dengan bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona merah. Indeks Nikkei 225 turun 1,34%, SSEC melemah 1,4%, Hang Seng terkoreksi 2,5%, Straits Times minus 1,64%, dan Kospi berkurang 1,34%.
Sentimen negatif bagi bursa saham regional, termasuk Indonesia, datang dari anjloknya tiga indeks saham utama di AS pada perdagangan hari Selasa. Kejatuhan Wall Street masih dipicu oleh terkoreksinya saham-saham teknologi, menyusul berlanjutnya penyelidikan terhadap Facebook.
Kemudian, potensi perang dagang kembali memanas setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk membatasi investasi China di perusahaan-perusahaan teknologi AS. Walaupun sebenarnya ini bukan merupakan hal baru (sebelumnya, Trump telah memblokir rencana akuisisi Broadcom atas Qualcomm karena khawatir China akan mengalahkan AS dalam produksi semikonduktor), investor telah berhasil dipaksa bermain aman lagi dengan melepas aset-aset beresiko.
Tensi geopolitik dunia juga masih panas, pasca berbagai negara beramai-ramai mengusir diplomat Rusia, terkait dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris menggunakan racun. Perkembangan ini menambah daftar ketidakpastian yang harus dimasukkan dalam kalkulasi pelaku pasar.
Sebanyak 126 saham ditransaksikan naik, 252 saham turun, sementara 194 lainnya stagnan. Saham-saham yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG di antaranya BBNI (-5,98%), BMRI (-2,5%), ASII (-2,74%), dan BBRI (-1,39%).
Terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru nampak tidak direspons positif oleh pasar. Sikap Perry yang cenderung pro pertumbuhan ekonomi membuat pasar khawatir margin emiten perbankan akan tertekan karena kebijakan bias dovish di tengah perlambatan ekonomi.
Di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Perry menilai Indonesia harus mengejar tingkat pertumbuhan di atas 6% dalam lima tahun ke depan. Dia berjanji akan menemukan cara untuk memastikan suku bunga rendah bisa ditransmisikan di lapangan secara efektif.
Pelaku pasar nampaknya khawatir bank-bank akan 'dipaksa' untuk menggenjot pertumbuhan kredit. Padahal, situasi ekonomi pada saat ini masih penuh ketidakpastian. Hal ini lantas dapat menjadi senjata makan tuan jika rasio kredit bermasalah kembali meningkat seperti yang terjadi pada 2015 dan 2016.
Dari lima saham bank yang berada dalam kategori BUKU IV, tidak satupun yang mampu menutup hari di zona hijau. BBCA turun 0,53%, BMRI melemah 2,5%, BBNI anjlok 5,98%, BBRI terkoreksi 1,39%, dan BNGA minus 2,08%.
Pelemahan IHSG selaras dengan bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona merah. Indeks Nikkei 225 turun 1,34%, SSEC melemah 1,4%, Hang Seng terkoreksi 2,5%, Straits Times minus 1,64%, dan Kospi berkurang 1,34%.
Sentimen negatif bagi bursa saham regional, termasuk Indonesia, datang dari anjloknya tiga indeks saham utama di AS pada perdagangan hari Selasa. Kejatuhan Wall Street masih dipicu oleh terkoreksinya saham-saham teknologi, menyusul berlanjutnya penyelidikan terhadap Facebook.
Kemudian, potensi perang dagang kembali memanas setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk membatasi investasi China di perusahaan-perusahaan teknologi AS. Walaupun sebenarnya ini bukan merupakan hal baru (sebelumnya, Trump telah memblokir rencana akuisisi Broadcom atas Qualcomm karena khawatir China akan mengalahkan AS dalam produksi semikonduktor), investor telah berhasil dipaksa bermain aman lagi dengan melepas aset-aset beresiko.
Tensi geopolitik dunia juga masih panas, pasca berbagai negara beramai-ramai mengusir diplomat Rusia, terkait dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris menggunakan racun. Perkembangan ini menambah daftar ketidakpastian yang harus dimasukkan dalam kalkulasi pelaku pasar.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular