
Perang Dagang Masih Hantui Pasar Saham Asia
Hidayat Setiaji & Ratelia Nabila, CNBC Indonesia
26 March 2018 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham asia pada perdagangan pagi ini masih mengalami tekanan. Investor masih fokus memperhatikan perkembangan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif untuk sejumlah produk impor terhadap sejumlah negara yang menjadi mitra dagang, termasuk China.
Bursa saham Jepang dibuka langsung anjlok, dimana indeks Nikkei 225 terkoreksi 1,12%. Indeks TOPIX turun sebsar 0,83% terkoreksi 1,11% dan indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,41%.
Harga saham sektor otomotif Toyota pagi ini ditransaksikan terkoreksi 0,65%, demikian pula saham Honda yang anjlok 0,75%. Sementara itu, saham teknologi Canon naik sebesar 0,42%.
Pasar Asia pagi masih fokus pada aksi balasan yang dilakukan Pemerintah China terhadap kebijakan AS terkait perang dagang, dengan membuat daftar 128 produk yang bea impor sebesar US$ 3 miliar. Sebelumnya Pemerintahan Trump mengeluarkan kebijakan pengenaan bea impor AS terhadap China sebesar US$ 60 miliar.
Kebijakan dagang AS terhadap China tersebut, melanjutkan kebijakan sebelumnyyang mengenakan tarif pajak bagi produk baja dan aluminium yang masuk ke AS membuat pasar merespons negatif, kebijakan proteksionisme Trump tersebut.
Efek domino perang dagang tidak hanya menimpa Asia namun menjalar hingga Australia, di mana ASX dibuka melemah 0,57%.
Keputusan Amerika Serikat terhadap pencalonan John Bolton menggantikan Rex Tillerson, memberikan dampak kenaikan tensi geopolitik di mana harga minyak bumi naik sebesar 0,64% di angka US$ 66.29 per barel.
Kenaikan harga minyak masih disokong oleh komentar Arab Saudi yang ingin agar koordinasi untuk mengurangi produksi minyak berlanjut hingga 2019. Pengurangan produksi terbukti bisa mengangkat harga si emas hitam yang sempat terpuruk.
Sentimen perang dagang juga membuat investor meninggalkan Wall Street. Pada akhir pekan lalu, tiga indeks utama di Wall Street masih terkoreksi lumayan dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,77%, S&P 500 melemah 2,1%, dan Nasdaq berkurang 2,43%.
Alhasil, performa mingguan Wall Street sepanjang pekan lalu menjadi yang terburuk sejak Januari 2016. Dalam sepekan lalu, indeks Dow Jones terkoreksi hingga 5,67%. Sementara S&P 500 melemah 5,95%, dan Nasdaq turun 6,54%. Koreksi yang sangat dalam.
Harga emas betulan pun bergerak naik. Selama sepekan, harga emas sudah menguat 2,67%. Kejatuhan pasar modal akibat panasnya tensi dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu nampaknya mendorong investor untuk beralih ke instrumen safe haven seperti emas.
(hps/hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
Bursa saham Jepang dibuka langsung anjlok, dimana indeks Nikkei 225 terkoreksi 1,12%. Indeks TOPIX turun sebsar 0,83% terkoreksi 1,11% dan indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,41%.
Harga saham sektor otomotif Toyota pagi ini ditransaksikan terkoreksi 0,65%, demikian pula saham Honda yang anjlok 0,75%. Sementara itu, saham teknologi Canon naik sebesar 0,42%.
Kebijakan dagang AS terhadap China tersebut, melanjutkan kebijakan sebelumnyyang mengenakan tarif pajak bagi produk baja dan aluminium yang masuk ke AS membuat pasar merespons negatif, kebijakan proteksionisme Trump tersebut.
Efek domino perang dagang tidak hanya menimpa Asia namun menjalar hingga Australia, di mana ASX dibuka melemah 0,57%.
Keputusan Amerika Serikat terhadap pencalonan John Bolton menggantikan Rex Tillerson, memberikan dampak kenaikan tensi geopolitik di mana harga minyak bumi naik sebesar 0,64% di angka US$ 66.29 per barel.
Kenaikan harga minyak masih disokong oleh komentar Arab Saudi yang ingin agar koordinasi untuk mengurangi produksi minyak berlanjut hingga 2019. Pengurangan produksi terbukti bisa mengangkat harga si emas hitam yang sempat terpuruk.
Sentimen perang dagang juga membuat investor meninggalkan Wall Street. Pada akhir pekan lalu, tiga indeks utama di Wall Street masih terkoreksi lumayan dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,77%, S&P 500 melemah 2,1%, dan Nasdaq berkurang 2,43%.
Alhasil, performa mingguan Wall Street sepanjang pekan lalu menjadi yang terburuk sejak Januari 2016. Dalam sepekan lalu, indeks Dow Jones terkoreksi hingga 5,67%. Sementara S&P 500 melemah 5,95%, dan Nasdaq turun 6,54%. Koreksi yang sangat dalam.
Harga emas betulan pun bergerak naik. Selama sepekan, harga emas sudah menguat 2,67%. Kejatuhan pasar modal akibat panasnya tensi dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu nampaknya mendorong investor untuk beralih ke instrumen safe haven seperti emas.
(hps/hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
Most Popular