IHSG Babak Belur "Dikeroyok" The Fed dan Perang Dagang

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 March 2018 06:57
Faktor eksternal lebih dominan mempengaruhi sentimen investor dalam mengambil keputusan investasi.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berlanjut pada perdagangan pekan lalu. Faktor eksternal lebih dominan mempengaruhi sentimen investor dalam mengambil keputusan investasi.

Setidaknya ada dua isu besar yang mempengaruhi perdagangan saham global pekan lalu, termasuk Indonesia. Pertama, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga 25 basis poin dan pernyataan serta proyeksi ekonomi yang membingungkan pasar.

Kedua, Presiden AS Donald Trump kembali membuat keputusan kontroversial dengan mengenakan sanksi terhadap produk-produk China yang dinilai melanggar hak kekayaan intelektual, dengan mengenakan tarif yang nilainya mencapai US$ 60 miliar.

Kebijakan Trump tersebut dibalas oleh China, dengan mengenakan tarif pada sejumlah produk yang di impor dari. Ini menjadi tanda perang dagang dunia benar-benar dimulai.

Ketika dua kekuatan besar ini berseteru, maka dampaknya akan menyebar ke seluruh dunia. Permintaan produk China di AS akan turun karena pembatasan, sehingga mempengaruhi industri di Negeri Tirai Bambu. Negara-negara pemasok bahan baku maupun barang modal bagi industri di China juga akan terpukul.

Sementara kala China membalas dengan mempersulit produk AS masuk ke negaranya, itu juga membuat industri di AS terbanting. Bagaimana pun juga China adalah negara tujuan utama ekspor AS setelah Kanada dan Meksiko. Saat industri AS terluka, maka permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara juga berkurang.

Oleh karena itu, perang dagang AS vs China akan merusak rantai pasok dan industri dalam skala yang masif. Korban dari perang dagang ini adalah perekonomian global.

Sementara dari dalam negeri, tekanan datang dari nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS. Ini juga menjadi perhatian investor yang bertransaksi di pasar saham.

Hasilnya bisa kita saksikan pekan lalu, IHSG dalam sepekan terkoreksi 1,49% ke posisi 6.210,69 poin dari 6.304,95 poin pada pekan sebelumnya. Koreksi yang dialami IHSG memang tidak sedalam bursa saham Asia lainnya, yang terpukul parah pada pekan lalu.

Pada periode yang sama, pasar saham Australia turun 2,08%, Straits Times Singapura minus 2,52%, Kospi Korea Selatan turun 3,10%, Hang Seng Hongkong melemah 3,79%, dan Nikkei 225 Jepang minus 4,88%.


Dari sepuluh sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sembilan sektor mengalami koreksi dimpimpin sektor aneka industri yang turun 2,53%, lalu disusul indeks infrastruktur yang turun 2,27% dan manufaktur turun 2,07%.

Satu-satunya indeks sektoral yang mengalami penguatan adalah indeks agribisnis yang naik 1,57%. Selengkapnya kinerja indeks sektoral ada di bawah ini.

IHSG Babak Belur Dikeroyok The Fed dan Perang DagangFoto: CNBC Indonesia/IDX

Rerata nilai transaksi saham pekan lalu turun 2,92% menjadi Rp 8,64 triliun dari Rp 8,90 triliun pada pekan sebelumnya, sementara rerata volume transaksi saham harian naik 1,13% menjadi 11,17 miliar unit saham dari 11,05 miliar unit saham. Rerata frekuensi transaksi saham harian turun 1,74% menjadi 364,93 ribu kali transaksi dari 371,39 ribu kali transaksi.

Saham-saham dengan nilai transaksi paling besar ditransaksikan pekan lalu, di antaranya saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 4,03 triliun, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 2,82 triliun dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 2,66 triliun.

Berikut 10 saham dengan nilai transaksi paling tinggi sepanjang pekan lalu.

IHSG Babak Belur Dikeroyok The Fed dan Perang DagangFoto: CNBC Indonesia/IDX
Sementara itu, investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih pekan lalu senilai Rp 3,75 triliun. Artinya dari awal tahun hingga akhir pekan lalu mereka telah membukukan jual bersih senilai Rp 21,04 triliun.

Saham-saham yang paling banyak dilepas atau dijual investor asing sepanjang pekan lalu, antara lain saham BMRI senilai Rp 1,1 triliun, saham TLKM senilai 847,96 miliar, saham BBRI senilai Rp 806,39 miliar, dan saham PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 682,29 miliar.

Sementara itu, saham-saham yang naik tinggi pekan lalu tercatat atas saham PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) yang naik 85,12%, saham PT Expressindo Transindo Utama Tbk (TAXI) naik 63,64%, dan saham PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA) naik 33,64%. Berikut daftar 10 besar saham dengan kenaikan harga tertinggi.

IHSG Babak Belur Dikeroyok The Fed dan Perang DagangFoto: CNBC Indonesia/IDX

(hps) Next Article Boleh Kok 'Senyum-senyum Tipis', IHSG Sepekan Naik 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular