
Harga Minyak Naik Tak Berpengaruh ke Saham Sektor Tambang
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 March 2018 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak pada penutupan perdagangan hari Jumat (23/3) kembali menguat cukup signifikan setelah sehari sebelumnya anjlok. Hingga pukul 11.33 WIB, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 bergerak menguat 1,07% ke US$ 64,99/barel, sementara brent untuk kontrak Mei 2018 juga naik 0,87% ke US$ 69,51/barel.
Padahal, kemarin harga minyak global sama-sama terkoreksi sekitar 1%, menyusul kuatnya produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang memecahkan rekor baru di angka 10,4 juta barel per hari (bph).
Penguatan harga minyak disokong oleh komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih yang menyatakan bahwa OPEC akan melanjutkan koordinasinya dengan Rusia dan negara produsen minyak non-OPEC lainnya untuk membatasi pasokan minyak global pada tahun 2019.
Sebelumnya, OPEC (dipimpin secara de facto oleh Saudi Arabia) dan negara produsen minyak non-OPEC (dipimpin Rusia), sepakat untuk memotong 1,8 juta barel per hari (bph) produksi minyak global hingga akhir tahun ini. Keinginan Saudi Arabia untuk memperpanjang kesepakatan tersebut hingga 2019 nampaknya menjadi energi positif untuk harga minyak hingga siang ini.
Namun, hingga penutupan sesi I hari ini, harga saham emiten sektor perminyakan malah kompak bergerak melemah. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) melemah 2,33% ke 1.260, PT Elnusa Tbk (ELSA) terkoreksi 3,77% ke 460, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) turun 2,35% ke 83, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) anjlok 3,10% ke 250. Sentimen perang dagang AS dan China masih menghantui di siang ini.
Selain itu, penguatan harga minyak nampaknya juga belum mampu diikuti dengan harga batu bara. ICE Newcastle Futures kemarin ditutup melemah 0,46% ke US$ 96,70/ton. Catatan tersebut memperparah performa harga batu bara di bulan Maret. Selama bulan ini, harga batu bara sudah melemah 7,24%.
Selain dipengaruhi sentimen perang dagang, secara fundamental, permintaan untuk batu bara memang masih terindikasi lemah seiring berakhirnya musim dingin di negara-negara Belahan Bumi Utara, selain juga dipengaruhi kebijakan Negeri Tirai Bambu yang sedang memperbaiki masalah over-kapasitas pada industri semen dan baja.
Dari bursa domestik, saham batu bara berkapitalisasi besar mayoritas bergerak melemah hingga penutupan sesi I. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 2,08% ke 282, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terkoreksi 2,08% ke 2.830, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melemah 1,49% ke 1.990, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,76% ke 28.875.
Senada dengan harga batu bara, harga komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya kompak ditutup melemah kemarin. Nikel turun 2,01% ke US$ 13.154/ton, timah terkoreksi 0,69% ke US$ 20.900/ton, dan harga tembaga turun 1,20% ke US$ 3,012/pound.
Dari komoditas emas, hingga pukul 11.50 WIB, harga si logam mulia bergerak menguat 0,79% ke US$ 1.337,90/troy ounce, terkuat dalam 2 minggu terakhir. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS pasca pengumuman The Fed, yang memberikan indikasi pada investor bahwa kenaikan suku bunga acuan tidak akan agresif. Hingga pukul 12.00 WIB, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang dunia, melemah 0,26% ke 89,62.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Harga Komoditas Tambang Topang Kinerja IHSG Sesi I
Padahal, kemarin harga minyak global sama-sama terkoreksi sekitar 1%, menyusul kuatnya produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang memecahkan rekor baru di angka 10,4 juta barel per hari (bph).
Penguatan harga minyak disokong oleh komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih yang menyatakan bahwa OPEC akan melanjutkan koordinasinya dengan Rusia dan negara produsen minyak non-OPEC lainnya untuk membatasi pasokan minyak global pada tahun 2019.
Namun, hingga penutupan sesi I hari ini, harga saham emiten sektor perminyakan malah kompak bergerak melemah. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) melemah 2,33% ke 1.260, PT Elnusa Tbk (ELSA) terkoreksi 3,77% ke 460, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) turun 2,35% ke 83, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) anjlok 3,10% ke 250. Sentimen perang dagang AS dan China masih menghantui di siang ini.
Selain itu, penguatan harga minyak nampaknya juga belum mampu diikuti dengan harga batu bara. ICE Newcastle Futures kemarin ditutup melemah 0,46% ke US$ 96,70/ton. Catatan tersebut memperparah performa harga batu bara di bulan Maret. Selama bulan ini, harga batu bara sudah melemah 7,24%.
Selain dipengaruhi sentimen perang dagang, secara fundamental, permintaan untuk batu bara memang masih terindikasi lemah seiring berakhirnya musim dingin di negara-negara Belahan Bumi Utara, selain juga dipengaruhi kebijakan Negeri Tirai Bambu yang sedang memperbaiki masalah over-kapasitas pada industri semen dan baja.
Dari bursa domestik, saham batu bara berkapitalisasi besar mayoritas bergerak melemah hingga penutupan sesi I. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 2,08% ke 282, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terkoreksi 2,08% ke 2.830, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melemah 1,49% ke 1.990, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,76% ke 28.875.
Senada dengan harga batu bara, harga komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya kompak ditutup melemah kemarin. Nikel turun 2,01% ke US$ 13.154/ton, timah terkoreksi 0,69% ke US$ 20.900/ton, dan harga tembaga turun 1,20% ke US$ 3,012/pound.
Dari komoditas emas, hingga pukul 11.50 WIB, harga si logam mulia bergerak menguat 0,79% ke US$ 1.337,90/troy ounce, terkuat dalam 2 minggu terakhir. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS pasca pengumuman The Fed, yang memberikan indikasi pada investor bahwa kenaikan suku bunga acuan tidak akan agresif. Hingga pukul 12.00 WIB, indeks dolar AS, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang dunia, melemah 0,26% ke 89,62.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Harga Komoditas Tambang Topang Kinerja IHSG Sesi I
Most Popular