
Laba Bersih PTBA 2017 naik 121% Jadi Rp 4,47 T
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
12 March 2018 09:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih PT bukit Asam Persero Tbk (PTBA) naik lebih dari 2 kali lipat atau 121,12% sepanjang 2017 menjadi Rp 4,47 triliun, dibandingkan laba bersih 2016 sebesar Rp 2,02 triliun. Peningkatan laba bersih tersebut salah satunya didorong oleh pendapatan usaha yang meningkat.
Sepanjang 2017, pendapatan usaha PTBA mencapai Rp 19,47 triliun atau naik 38,5% dibandingkan pendapatan sepanjang 2016 yaitu Rp 14,05 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), peningkatan kinerja tersebut juga berdampak pada aset dari PTBA yang naik 18,36% atau menjadi Rp 21,98 triliun di sepanjang 2017, dibandingkan nilai aset pada 2016 sebesar Rp 18,57 triliun.
Ekuitas perseroan juga naik signifikan sebesar 30,78% sepanjang 2017 menjadi Rp 13,79 triliun dibandingkan pada 2016 sebesar Rp 10,55 triliun.
Sedangkan liabilitas perseroan naik sedikit 0,78% pada 2017 menjadi Rp 8,18 triliun disbanding pada 2016 senilai Rp 8,12 triliun.
Positifnya kinerja keuangan PTBA pada 2017, didukung oleh pendapatan ekspor batu bara Bukit Asam yang meningkat. Sedangkan total penyaluran batu bara ke PLN hingga Februari 2018, telah mencapai 1,7 juta ton.
Harga saham PTBA pada perdagangan pagi ini menguat 3,46% ke level Rp 2.990 per saham.
Merespons keputusan pemerintah mematok harga untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO), manajemen PTBA mengatakan hal tersebut tidak mempengaruhi kinerja pendapatan perusahaan. Perseroan akan berupaya menggenjot pendapatan dari ekspor.
"Untuk dalam negeri hanya 25% ya, sedangkan kalau ekspor mencapai 75%. Jadi, by target seharusnya (pendapatan) tidak berubah," kata Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/3/2018).
PTBA menargetkan total penyediaan batu bara untuk PLN sepanjang tahun ini sekitar 6 juta ton. Batu bara yang dipasok adalah jenis kalori 4.900 Kcal dan 5.000 Kcal.
PTBA atau yang lebih dikenal dengan nama Bukit Asam adalah perusahaan pertambangan yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan didirikan pada tahun 1950. Pada 23 Desember 2002, perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.
(hps) Next Article Menakar Kinerja PTBA di Tengah Peningkatan Beban Pendapatan
Sepanjang 2017, pendapatan usaha PTBA mencapai Rp 19,47 triliun atau naik 38,5% dibandingkan pendapatan sepanjang 2016 yaitu Rp 14,05 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), peningkatan kinerja tersebut juga berdampak pada aset dari PTBA yang naik 18,36% atau menjadi Rp 21,98 triliun di sepanjang 2017, dibandingkan nilai aset pada 2016 sebesar Rp 18,57 triliun.
Sedangkan liabilitas perseroan naik sedikit 0,78% pada 2017 menjadi Rp 8,18 triliun disbanding pada 2016 senilai Rp 8,12 triliun.
Positifnya kinerja keuangan PTBA pada 2017, didukung oleh pendapatan ekspor batu bara Bukit Asam yang meningkat. Sedangkan total penyaluran batu bara ke PLN hingga Februari 2018, telah mencapai 1,7 juta ton.
Harga saham PTBA pada perdagangan pagi ini menguat 3,46% ke level Rp 2.990 per saham.
Merespons keputusan pemerintah mematok harga untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO), manajemen PTBA mengatakan hal tersebut tidak mempengaruhi kinerja pendapatan perusahaan. Perseroan akan berupaya menggenjot pendapatan dari ekspor.
"Untuk dalam negeri hanya 25% ya, sedangkan kalau ekspor mencapai 75%. Jadi, by target seharusnya (pendapatan) tidak berubah," kata Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/3/2018).
PTBA menargetkan total penyediaan batu bara untuk PLN sepanjang tahun ini sekitar 6 juta ton. Batu bara yang dipasok adalah jenis kalori 4.900 Kcal dan 5.000 Kcal.
PTBA atau yang lebih dikenal dengan nama Bukit Asam adalah perusahaan pertambangan yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan didirikan pada tahun 1950. Pada 23 Desember 2002, perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.
(hps) Next Article Menakar Kinerja PTBA di Tengah Peningkatan Beban Pendapatan
Most Popular