
IHSG Belum Aman Setelah Lewati Gejolak Pekan Lalu
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
12 March 2018 06:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham domestik pada perdagangan pekan lalu, menghadapi tantangan cukup berat. Tekanan dan sentimen negatif yang mempengaruhi perdagangan saham tak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam negeri.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara akumulatif dalam sepekan turun 2,69% menjadi 6.433,32 poin dari 6.582,31 poin pada akhir pekan sebelumnya. Nilai kapitalisasi pasar BEI pada pekan ini juga berubah 2,26% menjadi Rp7.156,91 triliun dari Rp7.322,68 triliun pada sepekan sebelumnya.
Tekanan eksternal datang dari bursa-bursa saham global dan regional yang tertekan karena merespons kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan tarif impor baja dan alumunium. Kebijakan trump tersebut ditentang banyak negara, yang memicu terjadinya perang dagang.
Dari dalam negeri, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS meningkat pekan lalu. Bahkan pelemahan rupiah tak hanya terhadap dolar AS, tetapi juga terjadi pada dolar Singapura.
Sejumlah sentimen negatif tersebut membuat apatite investor bertransaksi saham menjadi turun, yang tampak dari penurunan rerata nilai transaksi harian turun 16,11% menjadi Rp 8,07 triliun dari Rp 9,62 triliun pekan sebelumnya. Rerata volume transaksi harian turun 32,01% menjadi 10,17 miliar saham dari 14,96 miliar saham pekan sebelumnya dan rerata frekuensi transaksi harian turun 2,69% menjadi 402,23 ribu kali dari 413,36 ribu kali transaksi pekan sebelumnya.
Investor asing pun ikut menarik keluar dana keluar, dengan mencatatkan nilai jual bersih pada pekan ini sebesar Rp 4,51 triliun. Dengan demikian dari awal tahun hingga pekan lalu, investor asing mencatatkan jual bersih dengan nilai Rp14,43 triliun.
Dari 10 indeks sektoral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sebanyak sembilan sektor mengalami pelemahan. Satu-satunya sektor mengalami penguatan adalah indeks sektor infrastruktur sebesar 0,10%.
Sementara itu, indeks sektoral yang mengalami pelemahan paling dalam adalah indeks barang konsumsi yang turun hingga 4,99%, disusul indeks sektor manufaktur yang terkoreksi 4,20%, dan indeks sektor sektor pertambangan yang turun 3,86%.
Di bawah ini tabel lengkap kinerja sektor sepanjang pekan lalu dan indeks-indeks acuan lainnya.
Sementara itu, saham-saham bank masih tercatat paling banyak ditransaksikan selama pekan lalu. Nilai transaksi paling tinggi tercatat atas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 2,35 triliun kemudian saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 2,25 triliun, disusul saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 2,11 triliun.
Ranking 10 besar saham dengan nilai transaksi tertinggi dapat disimak di tabel di bawah ini.
Saham-saham dengan kenaikan harga tertinggi pekan lalu, berasal lapis dua di mana saham PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) tercatat naik 94,85% ke level harga Rp 1.325 per saham. Saham PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) naik 42,86% menjadi Rp 140 per saham kemudian saham PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) yang harga sahamnya naik 33,73% menjadi Rp 111 per saham.
Berikut 10 saham-saham dengan kenaikan harga tertinggi selama pekan lalu.
Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah masih menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar. Namun, di saat yang sama investor membutuhkan aliran dana masuk (capital inflow) untuk kembali memperkuat indeks.
"Potensi penguatan cukup terbatas melihat pergerakan masih tertahan pada level MA5 sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak cenderung mencoba menguat terbatas pada awal pekan," kata Lanjar di Jakarta, Minggu (11/3).
Sementara itu, pelaku pasar pekan ini akan mencermati rilis data ekonomi Amerika Serikat yang akan menjadi sinyal spekulasi prospek suku bunga di antaranya tingkat inflasi, penjualan ritel, hingga indeks harga produksi AS.
(hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara akumulatif dalam sepekan turun 2,69% menjadi 6.433,32 poin dari 6.582,31 poin pada akhir pekan sebelumnya. Nilai kapitalisasi pasar BEI pada pekan ini juga berubah 2,26% menjadi Rp7.156,91 triliun dari Rp7.322,68 triliun pada sepekan sebelumnya.
Tekanan eksternal datang dari bursa-bursa saham global dan regional yang tertekan karena merespons kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan tarif impor baja dan alumunium. Kebijakan trump tersebut ditentang banyak negara, yang memicu terjadinya perang dagang.
Sejumlah sentimen negatif tersebut membuat apatite investor bertransaksi saham menjadi turun, yang tampak dari penurunan rerata nilai transaksi harian turun 16,11% menjadi Rp 8,07 triliun dari Rp 9,62 triliun pekan sebelumnya. Rerata volume transaksi harian turun 32,01% menjadi 10,17 miliar saham dari 14,96 miliar saham pekan sebelumnya dan rerata frekuensi transaksi harian turun 2,69% menjadi 402,23 ribu kali dari 413,36 ribu kali transaksi pekan sebelumnya.
Investor asing pun ikut menarik keluar dana keluar, dengan mencatatkan nilai jual bersih pada pekan ini sebesar Rp 4,51 triliun. Dengan demikian dari awal tahun hingga pekan lalu, investor asing mencatatkan jual bersih dengan nilai Rp14,43 triliun.
Dari 10 indeks sektoral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, sebanyak sembilan sektor mengalami pelemahan. Satu-satunya sektor mengalami penguatan adalah indeks sektor infrastruktur sebesar 0,10%.
Sementara itu, indeks sektoral yang mengalami pelemahan paling dalam adalah indeks barang konsumsi yang turun hingga 4,99%, disusul indeks sektor manufaktur yang terkoreksi 4,20%, dan indeks sektor sektor pertambangan yang turun 3,86%.
Di bawah ini tabel lengkap kinerja sektor sepanjang pekan lalu dan indeks-indeks acuan lainnya.
![]() |
Ranking 10 besar saham dengan nilai transaksi tertinggi dapat disimak di tabel di bawah ini.
![]() |
Berikut 10 saham-saham dengan kenaikan harga tertinggi selama pekan lalu.
![]() |
"Potensi penguatan cukup terbatas melihat pergerakan masih tertahan pada level MA5 sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak cenderung mencoba menguat terbatas pada awal pekan," kata Lanjar di Jakarta, Minggu (11/3).
Sementara itu, pelaku pasar pekan ini akan mencermati rilis data ekonomi Amerika Serikat yang akan menjadi sinyal spekulasi prospek suku bunga di antaranya tingkat inflasi, penjualan ritel, hingga indeks harga produksi AS.
(hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular