
Diam-diam Investor Asing Tinggalkan Pasar Obligasi Negara
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2018 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal asing sepertinya agak menghindari Indonesia sebagai tempat singgah. Kini, investor asing sudah resmi membukukan jual bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN per 5 Maret 2018 adalah Rp 836,94 triliun. Dibandingkan dengan awal 2018, terjadi penurunan tipis 0,01%.
Tahun ini, kepemilikan asing di SBN mencapai puncak pada 23 Januari dengan nilai mencapai Rp 880,2 triliun. Namun selepas itu bergerak menurun. Pada awal pekan ini, kepemilikan asing turun Rp 5,64 triliun dibandingkan akhir pekan sebelumnya.
Investor asing yang cenderung melepas kepemilikannya membuat imbal hasil (yield) SBN bergerak naik, karena harganya turun. Ini karena investor asing punya peranan besar di pasar SBN. Per 5 Maret, investor asing memiliki 39,05% dari total SBN yang dapat diperdagangkan.
Kenaikan yield SBN akan membebani anggaran negara. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belnaja Negara (APBN), pemerintah menggunakan yield Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan sebagai salah satu asumsi makro. APBN 2018 menetapkan asumsi yield SPN tiga bulan sebesar 5,2%.
Apabila dalam setahun rata-rata yield SPN tiga bulan 1% melebihi asumsi tersebut, maka pemerintah harus menanggung tambahan beban sebesar Rp 1,4-2,3 triliun. Ini karena pemerintah harus membayar bunga utang lebih dari apa yang sudah dianggarkan.
Ketidakpastian ekonomi global membuat investor bersikap hati-hati dan menghindari aset yang dianggap berisiko. Pengetatan kebijakan moneter di AS, tren kenaikan suku bunga global yang sudah di depan mata, potensi perang suku dagang, kebijakan proteksionis yang semakin mendapat tempat, ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan, merupakan deretan risiko yang bisa mengguncang pasar keuangan. Dalam situasi seperti ini, investor sepertinya memilih bermain aman. Aset-aset yang berisiko dilepas dan beralih ke safe havens seperti obligasi negara AS, dolar AS, atau dalam kasus tertentu emas.
Salah satu hal yang bisa menarik arus modal asing kembali ke pasar SBN adalah kenaikan peringkat (rating). Fitch Ratings baru menaikkan peringkat Indonesia pada Desember 2017, dan kini pelaku pasar menantikan Moody's untuk melakukan langkah serupa. Kenaikan rating biasanya akan menyebabkan tingginya aliran modal masuk, dan ini akan membantu rupiah terapresiasi.
Pada keterangan tertulis 6 Februari 2018, Moody's menyebutkan akan mempertimbangkan untuk menaikkan rating Indonesia ke Baa3 sementara penurunan rating sepertinya sulit terjadi mengingat outlook yang sudah positif. Namun kenaikan rating ini membutuhkan syarat Indonesia harus menunjukkan kemampuan untuk bertahan dari gejolak eksternal dan memperkuat kapasitas institusi.
Tidak hanya di SBN, investor asing pun masih menghindari pasar saham domestik. Per 6 Maret, investor asing membukukan jual bersih Rp 12,16 triliun sejak awal 2018.
Minimnya sokongan devisa dari pasar keuangan juga berkontribusi pada perkembangan nilai tukar rupiah. Sejak awal tahun, rupiah melemah 1,4% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sementara banyak mata uang kawasan yang terapresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Demo Tolak Ciptaker Kian Marak, Investor Obligasi Keder
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN per 5 Maret 2018 adalah Rp 836,94 triliun. Dibandingkan dengan awal 2018, terjadi penurunan tipis 0,01%.
![]() |
![]() |
Apabila dalam setahun rata-rata yield SPN tiga bulan 1% melebihi asumsi tersebut, maka pemerintah harus menanggung tambahan beban sebesar Rp 1,4-2,3 triliun. Ini karena pemerintah harus membayar bunga utang lebih dari apa yang sudah dianggarkan.
Ketidakpastian ekonomi global membuat investor bersikap hati-hati dan menghindari aset yang dianggap berisiko. Pengetatan kebijakan moneter di AS, tren kenaikan suku bunga global yang sudah di depan mata, potensi perang suku dagang, kebijakan proteksionis yang semakin mendapat tempat, ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan, merupakan deretan risiko yang bisa mengguncang pasar keuangan. Dalam situasi seperti ini, investor sepertinya memilih bermain aman. Aset-aset yang berisiko dilepas dan beralih ke safe havens seperti obligasi negara AS, dolar AS, atau dalam kasus tertentu emas.
Salah satu hal yang bisa menarik arus modal asing kembali ke pasar SBN adalah kenaikan peringkat (rating). Fitch Ratings baru menaikkan peringkat Indonesia pada Desember 2017, dan kini pelaku pasar menantikan Moody's untuk melakukan langkah serupa. Kenaikan rating biasanya akan menyebabkan tingginya aliran modal masuk, dan ini akan membantu rupiah terapresiasi.
Pada keterangan tertulis 6 Februari 2018, Moody's menyebutkan akan mempertimbangkan untuk menaikkan rating Indonesia ke Baa3 sementara penurunan rating sepertinya sulit terjadi mengingat outlook yang sudah positif. Namun kenaikan rating ini membutuhkan syarat Indonesia harus menunjukkan kemampuan untuk bertahan dari gejolak eksternal dan memperkuat kapasitas institusi.
Tidak hanya di SBN, investor asing pun masih menghindari pasar saham domestik. Per 6 Maret, investor asing membukukan jual bersih Rp 12,16 triliun sejak awal 2018.
Minimnya sokongan devisa dari pasar keuangan juga berkontribusi pada perkembangan nilai tukar rupiah. Sejak awal tahun, rupiah melemah 1,4% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sementara banyak mata uang kawasan yang terapresiasi.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Demo Tolak Ciptaker Kian Marak, Investor Obligasi Keder
Most Popular