Pelemahan Rupiah Makin Terbatas

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2018 08:59
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah, meski sudah relatif terbatas.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah, meski sudah relatif terbatas. Rupiah terbantu oleh greenback yang sedang dalam tren koreksi sejak akhir pekan lalu. 

Pada Senin (5/3/2018) pukul 08.20 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di Rp 13.742/US$. Menguat 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu, tetapi melemah 0,05% dibandingkan posisi pukul 08.00 WIB hari ini. 

Reuters
Pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup tajam pada pekan lalu berangsur-angsur mulai mereda. Pekan lalu, rupiah melemah sampai sempat menyentuh Rp 13.800/US$, terlemah sejak pertengahan 2016. Kini rupiah sudah menjauh dari level psikologis tersebut.

Rupiah terbantu oleh dua hal. Pertama adalah pernyataan Bank Indonesia (BI) yang siap menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. BI melakukan operasi di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN) untuk stabilisasi nilai tukar. Pasar pun bisa lebih tenang.



Kemudian, akhir pekan lalu Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menegaskan bahwa rupiah di level Rp 13.800/US$ sudah melampaui fundamental. Menurutnya nilai tukar yang nyaman adalah di kisaran Rp 13.200-13.300/US$.

Faktor kedua adalah mulai melambatnya laju penguatan dolar AS. Greenback sebelumnya mendapat doping pernyataan Gubernur The Federal Reserve/The Fed di depan Senat AS, Selasa waktu setempat. Dalam pidato tersebut, pengganti Janet Yellen tersebut menyatakan The Fed akan akan berupaya untuk mencegah ekonomi Negeri Paman Sam dari bahaya pertumbuhan yang terlalu cepat alias overheating. 

Kata-kata ini dibaca oleh pasar sebagai pertanda bahwa The Fed akan cukup agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga yang tahun ini diperkirakan terjadi tiga kali berpeluang untuk bertambah menjadi empat kali. 

Namun tekanan ini sedikit mereda kala dalam pidato keduanya di depan Senat AS, Kamis waktu setempat, Powell menegaskan bahwa pihaknya belum melihat tanda-tanda kenaikan tingkat gaji secara signifikan. Artinya, laju inflasi pun kemungkinan sedikit tertahan sehingga pasar melihat ini sebagai sinyal The Fed belum akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. 

Hal ini membuat Wall Street mampu rebound pada akhir pekan lalu, meski agak vatiatif. DJIA melemah 0,29%, tetapi S&P 500 naik 0,51% dan Nasdaq pun menguat 1,08%. Setidaknya kekhawatiran dari sisi The Fed sudah sedikit mereda.



Namun dolar AS yang perlu kenaikan suku bunga untuk terapresiasi menerima getahnya. Greenback terus dalam posisi defensif sejak akhir pekan lalu, yang berlanjut hingga saat ini. 

Pagi ini, Dollar Index tercatat melemah 0,04% ke 89,89. Sepertinya dolar AS masih dalam posisi naik-turun sampai ada keputusan suku bunga acuan Negeri Paman Sam, pekan ketiga bulan depan. 

Reuters

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular