Tekanan Eksternal yang Mereda Dorong Rebound Rupiah

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 March 2018 12:50
Meredanya tekanan global dan intervensi BI dorong penguatan rupiah.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pengenaan tarif baja dan alumunium yang diumumkan Presiden Donald Trump membawa angin segar bagi mata uang regional, tak terkecuali rupiah.

Pasca pengumuman tersebut, dolar Amerika Serikat (AS) seakan tak berdaya, lantaran drop cukup dalam sejak enam pekan belakangan. Pada hari ini, rupiah tercatat menguat 0,02% ke level Rp 13.750/US$.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto menilai, ada beberapa alasan yang menyebabkan mata uang Garuda kembali menguat. Alasan pertama tak lepas dari meredanya tekanan eksternal, khususnya kondisi terkini di negeri Paman Sam.

Sementara yang kedua, menurut Myrdal intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam menstabilkan nilai tukar agar tidak terlempar jauh dari nilai fundamentalnya.

"Faktor fundamental domestik yang solid juga turut menjadi faktor penarik bagi investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan lokal," kata Myrdal melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/3/2018).

Menurut dia, rupiah masih berpotensi melanjutkan penguatan apalagi dengan telah dihitungnya (price in) ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan Fed Fund Rate (FFR) bulan depan. Pada tahun ini, Myrdal memperkirakan rupiah berada di level Rp 13.640/US$.


Sementara itu, Kepala Kajian Makro LPEM Universitas Indonesia Febrio Kacaribu mengatakan para pelaku pasar saat ini tengah mencari keseimbangan baru, yang secara tren memang membuat aksi flight to safety atau aksi mencari instrumen yang lebih aman menjadi jauh lebih dominan.

Namun, setelah hasil pertemuan anggota dewan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), situasi ini akan kembali berubah karena mulai adanya keseimbangan baru di pasar global.

"Biasanya rupiah akan terus melemah beberapa minggu jelang kenaikan FFR, tapi menguat setelahnya. Ini yang harus dikelola BI, jangan sampai ada pelemahan terlalu jauh."

Ia memandang peranan BI dalam mengelola ekspektasi pasar sangat penting. Hal ini diharapkan, dapat meyakinkan pelaku pasar bahwa Indonesia masih menarik.
(prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular